Timun Tumbuh Subur di Pekarangan Rumah, Inisiatif Ferdinan Agung Memanfaatkan Lahan Kosong

Pepen memperlihatkan timun hasil tanamannya yang tumbuh subur/ist
Pepen memperlihatkan timun hasil tanamannya yang tumbuh subur/ist

Pekarangan rumah milik Ferdinan Agung Wijaya di Kampung Tanjung Beringin, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang, kini menjadi tempat yang subur dengan tanaman mentimun yang tumbuh melimpah.


Tanaman mentimun tersebut bahkan sudah menghasilkan panen sebelumnya dan dijual ke warung-warung dan rumah makan. Saat ini, Ferdinan kembali menanam mentimun dan tanaman tersebut sudah berbunga.

"Pertanaman mentimun baru dimulai lagi. Sudah mulai berbunga dan berbuah. Namun, buah pertama ini cukup untuk dikonsumsi di rumah saja, belum untuk dijual," ungkap Ferdinan yang akrab dipanggil Pepen.

Dia menjelaskan bahwa tanaman mentimun ditanam di sebelah rumahnya, meskipun lahan yang tersedia tidak begitu luas. Namun, tanaman mentimun ditanam dengan rapat, dengan jarak hanya setengah jengkal.

Ferdinan melakukan pemupukan dua kali seminggu menggunakan pupuk mutiara biru dan pupuk MKP untuk mencegah bunga tanaman rontok.

Selain itu, penyiraman dilakukan setiap hari, terutama saat musim kemarau, untuk menjaga agar tanaman tidak mati dan memastikan pertumbuhan buah yang optimal.

Tanaman mentimun milik Ferdinan juga dicampur atau ditumpang sari dengan tanaman cabe setan, mengingat keterbatasan lahan. Meskipun demikian, hasilnya tetap maksimal dan menghasilkan buah yang lezat.

Khusus untuk tinggi tanaman mentimun, Ferdinan memastikan agar tidak melebihi 2 meter. Jika tanaman sudah tinggi, ia memotong dan menggunakan tali pengikat untuk memandu tanaman menjalar ke atas.

"Tanaman mentimun tidak boleh dibiarkan menjalar ke tanah. Hasilnya tidak akan bagus. Oleh karena itu, fungsi tali dan bambu di sekitar tanaman digunakan untuk mengikat tanaman," jelasnya.

Ferdinan menggunakan bibit berkualitas, dan satu batang bibit dapat menghasilkan sekitar 6 kilogram mentimun. Di lahan miliknya, ia menanam 38 batang mentimun dalam satu baris.

"Dalam 1 kilogram mentimun, terdapat sekitar 6 buah. Biasanya, saya menjual 3 kilogram ke rumah makan dengan harga 5 ribu per kilogram. Sudah banyak yang memesan kemarin. Keunggulan mentimun kami adalah kesegarannya karena langsung dipetik dan dijual," tambahnya.

Ferdinan memulai kegiatan bercocok tanam ini setelah melihat bahwa lahan kosong di sebelah rumahnya hanya digunakan sebagai tempat sampah. Dia belajar secara otodidak melalui YouTube tentang cara menanam mentimun, pemupukan, dan hal-hal terkait.

"Guru saya adalah YouTube, karena jika belajar dari petani di sini, mungkin membutuhkan lahan yang lebih luas seperti sawah atau kebun. Namun, alhamdulillah hasilnya memuaskan," ungkapnya.

Ferdinan menyadari keluhan petani terkait kenaikan harga pupuk. Baginya, pemupukan adalah langkah penting untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik, meskipun tanahnya terlihat subur dan gembur.

"Banyak petani beranggapan bahwa jika tanah sudah subur dan berwarna hitam, tidak perlu dipupuk. Penyiraman hanya mengandalkan air hujan. Sebenarnya, hal tersebut kurang maksimal. Pemupukan dan penyiraman adalah hal yang wajib," tegasnya.

Ferdinan berpesan kepada masyarakat agar memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam sayuran. Selain dapat dikonsumsi sendiri, hasilnya juga dapat dijual. Menjadi petani tidak selalu membutuhkan lahan yang luas.

Dengan inisiatif seperti ini, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk bercocok tanam sayur mayur.