PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) mencatatkan rugi bersih sebesar Rp1,08 triliun untuk kinerja keuangan 2023.
- PLN Kembali Raih Penghargaan Perusahaan Pendukung Media Lokal di Local Media Summit 2024
- Bank Sumsel Babel Raih Gold Rating dalam Asia Sustainability Reporting Rating 2024
- Menteri KKP Ungkap Perlu Bangun 2.000 Keramba Jaring Apung untuk Hasilkan Rp48M
Baca Juga
Angka itu menurun 34,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, di mana maskapai penerbangan itu mencatat rugi bersih sebesar Rp1,649 triliun. Meskipun angka kerugian menurun, namun, saldo rugi bersih menjadi membengkak.
Hingga 31 Maret 2024, CMPP mencatatkan akumulasi rugi (defisit) sebesar Rp14,31 triliun atau membengkak 8,16 persen (year-to-date).
Kerugian didorong oleh faktor beban usaha yang meningkat tinggi. Beban bahan bakar naik 71 persen menjadi Rp3,19 triliun sementara perbaikan dan pemeliharan melesat 155 persen menjadi Rp1,72 triliun. Total beban melesat 44 persen menjadi Rp7,33 triliun.
Sebenarnya, pendapatan Airsia pada tiga bulan pertama di tahun ini, naik tinggi sebesar 75,2 persen secara tahunan menjadi Rp6,625 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di 2023 sebesar Rp3,78 triliun.
Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Sabtu (11/5), dilaporkan bahwa sebagian besar pendapatan berasal dari segmen operasi penerbangan. Penjualan kursi penumpang meningkat 71,9 persen secara tahunan menjadi Rp5,631 triliun pada tahun 2023. Pendapatan bagasi juga melonjak 147,7 persen secara tahunan menjadi Rp731,74 miliar. Bahkan pendapatan pelayanan penerbangan melonjak 184,09 persen secara tahunan menjadi Rp125,85 miliar pada tahun 2023.
Sayangnya, beban usaha juga membengkak. Emiten penerbangan swasta ini mengalami rugi usaha sedalam Rp702,61 miliar. Kerugian AirAsia Indonesia semakin bertambah karena adanya beban keuangan senilai Rp362,13 miliar. Nilai ini meningkat 10 persen dibandingkan setahun sebelumnya.
Manajemen CMPP mengaku telah melaksanakan beberapa rencana agar keluar dari turbulensi keuangan, antara lain melakukan efisiensi biaya untuk pemulihan bisnis, terus bekerjasama dengan grup AirAsia untuk menegosiasikan kembali biaya dan menata-ulang kewajiban yang belum dibayar dengan pemilik pesawat, optimalisasi kapasitas pesawat dengan pemilihan rute yang menguntungkan, dan secara aktif mencari peluang pendanaan eksternal guna meningkatkan permodalan.
Di saat yang sama, manajemen mengakui masih terdapat ketidakpastian atas kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, yang sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya keuangan untuk memenuhi kewajiban CMPP ketika jatuh tempo.
Selain itu, perkembangan kondisi industri penerbangan serta dampaknya terhadap likuiditas dan pendapatan Grup di masa depan, tidak dapat ditentukan.
“Oleh karena itu, terdapat suatu ketidakpastian material pada tanggal 31 Desember 2023 yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan CMPP dalam mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Direktur Utama CMPP, Veranita Yosephina Sinaga dalam catatan laporan keuangan tahun 2023 telah audit yang diunggah pada laman Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI).
Keraguan akan kelangsungan usaha itu juga menjadi catatan akuntan publik pemeriksa laporan keuangan tahun 2023 CMPP.
- Peringati Hakordia 2021, bank bjb Komitmen Berantas Korupsi
- PLN Berencana Setop Operasional 5 PLTD di Bangka, Ini Alasannya
- Saingi Indonesia, Vietnam Berencana Bangun Kereta Api Cepat Senilai Rp860 Triliun