Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Pol Wahyu Widada mengungkap strategi para pengelola judi online yang sengaja menyasar sisi psikologis pemain agar terus bermain dan bertaruh, meski sudah kehabisan uang.
- Sedang Menunggu Makanan di Restoran, Dua Pengelola Judol Jebolan Kamboja Ditangkap Polisi
- Tegas Berantas Judi Online, Bupati Muba Ajak Masyarakat Aktif Melapor
- Kecanduan Judi Online dan Narkoba, Pemuda di Lubuklinggau Gasak Brankas Berisi Uang Rp 51 Juta
Baca Juga
“Mereka memainkan sisi psikologis kita. Misalnya pasang satu dapat lima, pasang satu dapat tiga, pasang satu dapat 10. Selalu ada kata ‘kalau’. Tapi faktanya, ‘kalau’ itu sering tidak terjadi,” ujar Wahyu dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (2/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa permainan judi online dirancang sedemikian rupa agar pemain terus merasa tertantang dan penasaran. Dalam kondisi seperti itu, pemain sering kali kehilangan kendali dan lupa bahwa secara keseluruhan mereka mengalami kerugian besar.
“Sudah kalah dua mobil, begitu menang sekali saja sudah merasa ‘oh saya pernah menang’. Iya, pernah menang, tapi kalau dihitung akumulasi ya tetap kalah,” kata Wahyu mencontohkan.
Ia menyayangkan rendahnya literasi masyarakat terkait bahaya judi online, terutama di kalangan ekonomi menengah ke bawah yang justru menjadi mayoritas pemain. Minimnya edukasi membuat masyarakat lebih rentan terjebak dalam permainan ini.
Akibatnya, Indonesia menjadi pasar empuk bagi pengelola judi online lintas negara.
“Bagi mereka, yang penting ada yang main, mereka senang. Kita sendiri yang harus memproteksi diri dan keluarga agar tidak terjerumus. Mari sama-sama mencegah sebelum kita jadi korban,” tegas Wahyu.
- Sedang Menunggu Makanan di Restoran, Dua Pengelola Judol Jebolan Kamboja Ditangkap Polisi
- Tegas Berantas Judi Online, Bupati Muba Ajak Masyarakat Aktif Melapor
- Kecanduan Judi Online dan Narkoba, Pemuda di Lubuklinggau Gasak Brankas Berisi Uang Rp 51 Juta