Pengamat politik Karyono Wibowo menduga ada upaya mengadu PDI Perjuangan dengan umat Islam.
Direktur Indonesia Public Institute (IPI) itu menengarai pembakaran bendera PDIP saat aksi menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) pada Rabu lalu (24/6) merupakan upaya memicu aksi anarkistis untuk menciptakan kaos.
- Ketum JMSI: Industri Pers Sehat Berperan Penting Wujudkan Pemerintah Anti Korupsi
- Mahfud MD Jadi Cawapres Ganjar, PDIP dan Hanura Optimis Suara di Sumsel Bakal Naik
- Jokowi Ke NTT, Tinjau Lumbung Pangan Dan Resmikan Bendungan Napun Gete
Baca Juga
Menurut Karyono, tidak ada korelasi antara PDIP dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Anehnya, justru kedua bendera itu dibakar bersamaan saat aksi menolak RUU HIP.
"Aksi demo yang disertai pembakaran bendera PKI dan PDIP tentu menyisakan pertanyaan. Pada awalnya demo ini tuntutannya adalah menolak RUU HIP dan menuntut agar RUU HIP dicabut. Lantas apa korelasinya antara menolak RUU HIP dengan membakar bendera PKI dan PDIP? Di sinilah yang perlu diurai apa motivasinya," kata Karyono, Sabtu (27/6).
Karyono menambahkan, jika opini yang berkembang terkait dengan penolakan RUU HIP dicermati lebih jauh, terdapat beragam pendapat dan kepentingan. Tidak semua yang menolak RUU HIP memiliki argumen yang sama.
"Ada yang murni menolak berdasarkan pertimbangan rasional, ilmiah dan dilandasi kebijaksanaan untuk kemaslahatan bangsa. Namun di tengah penolakan RUU HIP tercium aroma politik yang menyengat. Tujuannya mudah ditebak, yakni untuk menjatuhkan PDIP melalui framing isu komunisme," ulasnya.
Lebih lanjut Karyono mengatakan, PDIP langsung menjadi sasaran tembak ketika RUU HIP mengemuka. Sebab, partai pimpinan Megawati Sekarnoputri itu dianggap sebagai inisiator RUU HIP. Opini yang berkembang pun mengaitkan RUU HIP dengan bangkitnya komunisme.
“Tak perlu heran, aksi pembakaran bendera PKI dan PDIP di tengah aksi demonstrasi di depan gedung DPR adalah bagian dari propaganda politik untuk memberikan stigma komunis ke PDIP," jelas dia.
Namun, Karyono menilai propaganda itu bersifat usang yang terbukti gagal. Sebab, PDIP justru akan membesar ketika diserang dengan propafanda basi.
"Berdasarkan fakta itu, semestinya mereka bisa belajar dari realitas agar tidak seperti keledai yang tidak bisa belajar dari kegagalan. Jadi berusahalah untuk cerdas sedikit dengan membuat strategi baru yang lebih terukur, tepat sasaran, sehingga bisa efektif dalam menundukkan PDIP," jelas dia.
- Senator Dailami Protes soal Pelarangan Pengeras Suara Luar Masjid
- Saiful Anam Urai Alasan AHY Belum Cocok Jadi Capres 2024
- Usai Tak jadi Panglima TNI, Nasdem Mau Tarik Jenderal Andika Perkasa