PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menghadapi tantangan besar dalam memperbaiki kondisi keuangannya setelah Menteri BUMN Erick Thohir merombak jajaran direksi dan komisaris perusahaan.
- Transaksi Mobile Banking BSB Tembus 278 Ribu, Dorong Ekspansi Layanan Digital
- BTN Gelar Road Show Tabungan BTN Bisnis di Kota Medan
- Korsel Bakal Bantu Pembangunan LRT Bali
Baca Juga
Pakar penerbangan Gerry Soejatman menilai bahwa Garuda harus bersikap disiplin dalam mengelola kondisi internal perusahaan, terutama setelah Wamildan Tsani diangkat sebagai direktur utama menggantikan Irfan Setiaputra yang dicopot dari jabatannya.
"Kita lihat rencana serta keputusan Garuda kedepan di bawah (Wamildan Tsani). Saat ini krisis yang dialami Garuda juga mirip dengan yang dialami maskapai lain," kata Gerry kepada RMOL pada Rabu 20 November 2024.
Menurutnya, perombakan manajemen bukanlah masalah selama Garuda mampu menjaga komitmennya terhadap perjanjian dengan kreditur yang telah disepakati dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Dalam hal ini, Gerry juga menyoroti tantangan maskapai penerbangan lain yang terdampak pasca pandemi, ditambah kenaikan harga avtur akibat lonjakan harga minyak dunia, hingga depresiasi nilai tukar Rupiah.
"Biaya operasional maskapai meningkat sekitar 60-70 persen dalam beberapa tahun terakhir, sementara Tarif Batas Atas (TBA) tiket malah turun 5 persen dibandingkan 2016," tambahnya.
Di sisi lain, pemerintah terus menekankan penurunan harga tiket, yang disebut semakin menyulitkan industri penerbangan Indonesia.
- Riezky Aprilia Peroleh Berbagai Iming-iming Jika Mau Diganti Harun Masiku
- KPK Siap Kaji UU BUMN soal Aturan Direksi dan Komisaris
- PNM Perkuat Layanan Posko Mudik BUMN di Balikpapan dan Padang untuk Pemudik