Partai Gelora Ajak NU Fokus Atasi Kemiskinan dan Polarisasi Masyarakat

Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Ani Matta melihat lukisan cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. (Ist/rmolsumsel.id)
Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Ani Matta melihat lukisan cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. (Ist/rmolsumsel.id)

Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mengajak Nahdlatul Ulama (NU) di bawah pimpinan KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) untuk fokus pada agenda pemberdayaan umat terutama mengatasi masalah kemiskinan dan mengakhiri polarisasi di masyarakat yang mulai menunjukkan ekskalasinya menjelang Pemilu 2024.


“Dengan fokus pada agenda pemberdayaan umat, NU akan menjadi bagian penting dalam kolaborasi menjadikan Indonesia sebagai kekuatan utama dunia,” kata Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta dalam keterangannya yang diterima redaksi, Selasa (1/2).

Anis tak lupa mengucapkan selamat Hari Lahir (Harlah) ke-96 Nahdlatul Ulama, serta pengukuhan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU periode 2022-2027.

“Selamat atas peringatan hari kelahiran ke-96 dan pembentukan pengurus baru Nahdlatul Ulama,” ujar Anis.

Anis menilai KH Yahya Cholil Staquf dapat membawa suasana yang lebih segar dalam perpolitikan di Indonesia. NU pun harus berpartisipasi mengakhiri polarisasi yang terjadi masyarakat.

“Semoga suasana yang segar di bawah kepemimpinan baru akan membawa NU ke dalam usaha mengakhiri polarisasi dan masuk ke agenda keumatan yang fundamental dan strategis, yakni pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi,” tuturnya.

Berdasarkan data BPS, ungkap Anis, angka kemiskinan terbesar di Indonesia ada di Pulau Jawa. Tepatnya di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat yang angkanya mencapai 27 persen.

Kemiskinan tersebut, lanjutnya, terbesar justru berada di lingkungan pesantren. Karena itu, hal ini menjadi tantangan terbesar bagi NU untuk mengatasi kemiskinan tersebut, yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.

“Kemiskinan adalah masalah utama umat, dan itu terjadi pada daerah-daerah yang selama ini menjadi basis NU. Jawa Timur adalah daerah dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia,” ungkapnya.

Anis berharap KH Yahya Cholil Staquf dapat memberikan perhatian terhadap permasalahan pemberdayaan ekonomi masyakarat, bukan sebaliknya turut serta dalam mengembangkan politik polarisasi yang bisa memecah belah umat seperti yang terjadi pada Pemilu 2019 lalu.

“Saatnya kita menghentikan permusuhan antarumat. Baik Wahabi maupun NU kita sama sama umat Nabi Muhammad SAW, Lebih baik kita bersama-sama mengatasi kemiskinan demi kemaslahatan umat,” pungkasnya.