Pantang Pulang, Emak-emak Nginap di Kantor Minanga Ogan

Luar biasa perjuangan emak-emak ini. Mereka adalah istri para karyawan PT Perkebunan Minanga Ogan. Ibu-ibu ini menuntut hak berupa gaji dan tunjangan suami mereka yang belum dibayarkan oleh perusahaan.


Dalam perjuangan ini, mereka pantang pulang sebelum hak-hak suami mereka dibayar tuntas oleh pihak PT Perkebunan Minanga Ogan, Rabu (9/9/2020).

Ya. Lantaran belum mendapat kesimpulan dari aksi yang dilakukan sejak kemarin, kaum ibu itu memilih bertahan di Kantor PT Perkebunan Minanga Ogan Region Lubuk Batang.

Bahkan, malam ini mereka menggelar tikar dan membawa bantal ke dalam areal kantor. Bersama anak-anak, mereka bermalam di sana.

"Mereka tidak mau pulang sebelum gaji 4 bulan dibayarkan oleh pihak perusahaan," ungkap Tanzimi, Ketua Lini/ AFD di Minanga Ogan kepada RMOLSumsel.id sesaat tadi.

Menurut Jimmy (panggilan karib Tanzimi), bahwa aksi ibu-ibu istri karyawan Minanga Ogan ini sudah dilakukan dua hari belakangan.

Namun, untuk aksi menginap di kantor region, baru malam ini dilakukan. Dalam arti ini malam pertama.

"Ada sekitar 100 orang. Tapi masih akan ada yang nyusul. Untuk makan, mereka bawa bekal dari rumah," sebut Jimmy.

Sebelumnya, emak-emak para istri karyawan menggeruduk kantor regional PT Perkebunan Minanga Ogan di Kecamatan Lubuk Batang.

Dengan menggendong anak dan membawa botol susu, para istri karyawan ini memprotes dan menolak rencana perusahaan yang akan membayar gaji mereka dengan cara dicicil.

Mereka tak percaya lagi dengan janji perusahaan dan bahkan mereka mengkhawatirkan gaji mereka tak lagi dibayar setelah dicicil satu kali.

"Anak kami butuh sekolah, butuh susu dan kami butuh makan. Kami hanya menuntut hak kami, tolong bayarkan gaji suami kami," teriak salah seorang ibu-ibu.

Ika, salah satu ibu ibu mengungkapkan, gaji suami mereka sudah tiga bulan tak dibayar, termasuk sejumlah tunjangan.

Setelah didemo di kantor DPRD beberapa waktu lalu, perusahaan berjanji akan membayarnya.

Namun setelah itu mereka mendapat kabar kalau gaji mereka akan dibayar dengan cara dicicil sesegar Rp300 ribu/ tiga hari seraya para keryawan memanen buah sawit untuk dijual dan dibayarkan untuk gaji mereka.

Inilah yang membuat aksi mereka memuncak sampai menduduki kantor region malam ini.

" Uang kami akan dicicil Rp 300 ribu dan diberikan per tiga hari. Suami kami juga diminta tetap memanen buah sawit dan langsung dijual untuk bayar gaji kami yang dicicil itu," Kata Ika.

Mereka juga keberatan jika suami mereka karyawan pemanen harus masuk kerja sementara sampai saat ini gaji belum mereka terima.

"Gaji suami kami saja belum dibayar sudah diminta untuk masuk bekerja lagi, kami butuh makan," teriaknya.

Hingga saat ini belum ada kejelasan maupun titik temu antara karyawan dengan pihak perusahaan. Pihak perusahaan hanya menyanggupi pembayaran gaji dengan cara dicicil.

Kemudian karyawan diminta tetap masuk dan memanen sawit untuk di jual kemudian hasil penjualan langsung dibayarkan kepada gaji karyawan.[ida]