Mengenal Anna Kumari, Penggagas Pemilihan Bujang Gadis Palembang

Pelestari Budaya Palembang dan Maestro tari Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel),  Hj  Anna Kumari. (ist/rmolsumsel.id)
Pelestari Budaya Palembang dan Maestro tari Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Hj Anna Kumari. (ist/rmolsumsel.id)

Pemilihan Bujang Gadis Palembang (BGP) akan digelar, Jumat mendatang (2/7). Tak terasa umur ajang pemilihan ini sudah menginjak 34 tahun. Sejak awal digelar 1987 lalu, ajang ini berhasil menelurkan putra-putri terbaik yang berprestasi di berbagai bidang. Namun, tak banyak yang tahu dan mengenal penggagas acara tahunan tersebut.


Dialah Anna Kumari. Wanita sepuh itu punya peran penting lantaran ikut serta menggagas dan  membidani  lahirnya Pemilihan BGP. Anna sendiri sudah dikenal sebagai pelestari budaya Palembang dan maestro tari Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Ditemui di kediamannya, Anna menceritakan sejarah dimulainya pemilihan BGP. Di 1987, Anna menggagas acara pemilihan itu bersama budayawan dan sejarawan (Alm) RM Husin Natodirajo. Lalu (Alm) R Mantri Hamid,  Kepala Dinas Pariwisata tahun 1985-1991 dan (Alm)  RM Johan Hanafiah, sejarawan dan penulis sejarah Palembang.

Ide bersama  ini kemudian  didukung  oleh Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta  Dinas  Pendidikan dan  Kebudayaan Sumsel. Salah seorangnya Kepala Bidang Kesenian (Alm) Purwadi serta Dinas Pariwisata TK 1.

Peran Anna saat itu, sebagai sponsor busana. Pendaftaran juga dilakukan di salon  kecantikan miliknya  yaitu Ratu Ayu Salon yang beralamat  Jalan Kol Atmo. Tempat ini juga dijadikan sebagai rapat awal gelaran acara tersebut.

“Siapa yang  mendaftar di Ratu Ayu Salon, akan mendapatkan fasiltas  pinjaman busana seperti Sewet/Kain  make up, sanggul dan lain-lain,” kata Anna Kumari didampingi anaknya Mirza Indah Dewi, Spd dan Ida Farida Citra ,  yang merupakan peraih juara ke tiga  dalam Lomba Bujang Gadis Palembang pertama, Kamis (1/7)..

Peran  penting lain Anna dalam ajang tersebutt adalah menentukan busana wajib Gadis Palembang yaitu Baju Kurung Tradisional. Busana itu akan lebih  baik bila  memakai "Pesak "dan "Kikik" sedangkan leher bajunya menggunakan model Gulu Kangkung atau Leher Putri Nginte, Kalung anak ayam. Sedangkan untuk  penentuan  busana bujang  disusun oleh RM Husin Natodirajo.

Selain itu, Anna Kumari sempat bertugas sebagai juri pada saat acara Final Bujang Gadis Palembang tahun 1987 .Pada tahun-tahun berikutnya saya terpaksa mengundurkan diri karena kesibukan mengadakan acara lainnya. Seperti Pemilihan Putri Citra Sumatera Selatan. Selanjutnya  RM Husin Natodirajo juga mengundurkan diri,” katanya.

Namun Hj Anna Kumari  sendiri tidak mempermasalahkan bila namanya tidak dikenang sebagai salah satu yang berperan besar di awal berdirinya BGP. Bagi Anna Kumari ketika bisa berbuat dan bermanfaat bagi masyarakat Kota Palembang itu sudah cukup baginya. Apalagi lulusan BGP juga berprestasi saat mengikuti kompetisi kecantikan lainnya.

Di usia senjanya, wanita kelahiran 10 November 1946 itu kondisinya tidak bisa berjalan lagi. Pasalnya, kakinya mengalami patah tulang. Namun semangatnya untuk memajukan kebudayaan Palembang masih terus bergelora.

“Inilah  saya,  saya pernah terjatuh di hotel, kaki saya patah dua tahun lalu. Kini saya tidak bisa berjalan, tapi tentu saja walau kedua kaki  saya tak bisa berjalan sempurna  saya tetap bersemangat berkesenian dengan membuat tulisan puisi dan pantun serta syair Palembang dan menjadi Pembina Sanggar Anna Kumari yang sudah berdiri sejak tahun 1963 sampai  sekarang,” terangnya.

Ida Farida Citra, yang merupakan peraih juara ketiga di ajang BGP pertama mengakui peran Hj Anna Kumari yang membidani lahirnya lomba tersebut. Sedangkan Masayu  Nadia Nasir, Juara Kedua Gadis Palembang tahun 1987 dan Masayu Nadra Nasir, finalis Gadis Palembang tahun 1987 melihat langsung peran penting sosok  Hj  Anna Kumari dalam penyelenggaraan even tersebut.

“Kami berharap peran Ibu Hj Anna Kumari bisa diketahui oleh generasi BGP generasi saat ini,” kata Masayu Nadia Nasir.