Kudeta Presiden China Xi Jinping Hanya Rumor?

Presiden China Xi Jinping. (ist/Net)
Presiden China Xi Jinping. (ist/Net)

Rumor kudeta terhadap Presiden China Xi Jinping semakin diragukan. Para ahli tampaknya meyakini Xi masih memegang kendali terlepas dari rumor yang viral di media sosial.


Pada akhir pekan, nama Xi Jinping menjadi trending topic di Twitter. Muncul desas-desus bahwa Xi digulingkan dan menjadi tahanan rumah setelah kembali dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan.

Hingga saat ini, belum ada respons dari pemerintah atau media China terkait dengan rumor-rumor yang beredar.

Karantina Bukan Tahanan Rumah

Xi terakhir kali terlihat di depan umum selama KTT SCO yang dihadiri sejumlah pemimpin negara lainnya, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri India Narendra Modi, hingga Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Muncul laporan bahwa Xi tidak terlihat setelah KTT, ia juga melewatkan makan malam bersama. Namun otoritas Beijing menyebut hal itu dilakukan Xi untuk mengikuti kebijakan Zero Covid.

Dengan kebijakan Zero Covid yang ketat di China, kemungkinan Xi bukanlah tahanan rumah, melainkan sedang menjalani karantina. Berdasarkan kebijakan tersebut, setiap individu yang masuk ke China dari luar negeri harus menjalani karantina.

Pembatalan Penerbangan

Seiring dengan rumor kudeta, muncul laporan dari China.com yang menyebut sebanyak 9.583 penerbangan telah dibatalkan pada Rabu (21/9) pukul 10.35 malam waktu setempat. Itu berarti 59,66 persen penerbangan terjadwal dibatalkan pada hari itu.

Selain itu, operasi kereta api dan bus juga dilaporkan telah dihentikan selama beberapa hari terakhir.

Situs web Bandara Internasional Ibu Kota Beijing menunjukkan bahwa beberapa penerbangan dibatalkan, beberapa lainnya dijadwalkan, sedikit tertunda, atau sudah mendarat.

Di Twitter, pakar China Aadil Brar membagikan data penerbangan dan mengatakan tidak ada gangguan penerbangan.

Di samping itu, lalu lintas penerbangan China belum kembali ke tingkat pra-pandemi yang bisa menjadi alasan data menunjukkan lebih sedikit jumlah penerbangan keluar dari Beijing.

Aktivitas Politik Berjalan Normal

Media-media China sejauh ini masih melaporkan kegiatan politik yang berjalan lancar. Xinhua misalnya yang melaporkan persiapan menjelang Kongres Partai Komunis China (PKC) pada 16 Oktober mendatang.

Pakar China Aadil Brar juga mengunggah klip video yang menunjukkan pertemuan para politisi China.

"Aktivitas politik di Beijing berjalan normal. Sangat aneh untuk sebuah 'kudeta'," ujarnya.

Selain itu, beberapa media lokal seperti South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong telah mengunggah banyak pembaruan tentang berbagai isu tentang China dalam 24 jam terakhir, tetapi tidak ada yang terkait dengan teori kudeta China.

Perang Psikologis dari Barat?

Para ahli meyakini rumor kudeta terhadap Xi merupakan bagian dari psy-war (psychological war) atau perang psikologis yang dibuat Barat.

Tidak diketahui siapa yang pertama kali menyebarkan rumor ini, namun seketika menjadi viral di Twitter India. India sendiri merupakan sekutu Barat di Quad, dan memiliki hubungan tegang dengan China atas sengketa di perbatasan Himalaya. Lalu seorang politisi India menyuarakannya hingga tersebar ke sejumlah media.

Rumor ini menjadi kuat lantaran sempat muncul desas-desus ketegangan di dalam politik domestik China, di tengah upaya Xi untuk mengamankan masa jabatan periode ketiganya.

Penulis Gordon G. Chang menyebut situasi di China dalam beberapa waktu terakhir memang tidak biasa, khususnya di antara para pemimpin PKC.

"Kurangnya berita dari China selama beberapa jam terakhir membuat rumor kudeta tidak benar. Tapi apapun yang terjadi di dalam militer China selama tiga hari terakhir, terbukti sesuatu tidak biasa terjadi, menunjukkan adanya ketegangan di antara kepemimpinan senior PKC," cuitnya pada Sabtu (24/9).

Ketegangan itu muncul setelah dua mantan menteri divonis hukuman mati dan empat pejabat lainnya dipenjara seumur hidup pada pekan lalu. Meski hukuman diberikan atas kampanye anti-korupsi, namun keenamnya diyakini merupakan oposisi Xi.

Tidak hanya itu, rumor ini juga membuat nama Jenderal Li Qiaoming muncul ke permukaan. Li disebut-sebut sebagai dalang kudeta bersama mantan Presiden Hu Jintao dan mantan Perdana Menteri Wen Jibao.

Li merupakan jenderal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), sekaligus anggota Komite Pusat PKC. Ia pernah memegang berbagai jabatan penting di PLA. Namanya melesat setelah Xi berkuasa pada 2013.

Tetapi tidak seperti jenderal lainnya yang jarang berbicara mengenai isu politik, Li justru kerap menulis artikel secara teratur. Hal ini tampaknya yang membuat nama Li muncul dalam rumor sebagai pengganti Xi.