KPK Tegas Usut Aliran Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo, Termasuk Dugaan ke Nasdem

Menteri Pertanian periode 2019-2023, Syahrul Yasin Limpo memasuki Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)/RMOL
Menteri Pertanian periode 2019-2023, Syahrul Yasin Limpo memasuki Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)/RMOL

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berkomitmen untuk terus melakukan follow the money atau menelusuri aliran uang korupsi di Kementerian Pertanian (Kementan) ke manapun, termasuk dugaan mengalir ke Partai Nasdem.


Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu mengatakan, pihaknya akan menelusuri aliran uang korupsi, termasuk ke Partai Nasdem seperti yang pernah disampaikan pimpinan KPK ketika melakukan upaya paksa penangkapan dan penahanan terhadap mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).

"Tentunya ke manapun uang yang kita identifikasi sebagai hasil tindak pidana korupsi mengalir, itu kita akan cari," kata Asep beberapa waktu lalu seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/10).

Selain itu kata Asep, dugaan aliran uang korupsi tersebut juga akan dikonfirmasi kepada semua pihak, baik pihak-pihak yang bakal diperiksa sebagai saksi, maupun kepada para tersangka.

"Dan kita juga akan mengkonfirmasinya, apakah itu kepada orang, ataupun kepada badan hukum. Kenapa? Karena kita lihat apakah memang itu ada keterkaitannya atau tidak," pungkas Asep.

Mentan periode 2019-2023, Syahrul Yasin Limpo bersama tersangka Muhammad Hatta (MH) selaku Direktur Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Kementan resmi ditahan KPK pada Jumat (13/10). SYL sendiri dilakukan penangkapan pada Kamis malam (12/10) karena terindikasi tidak akan menghadiri pemanggilan tim penyidik.

Sementara itu, tersangka lainnya, yakni Kasdi Subagyono (KS) selaku Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan sudah terlebih dahulu ditahan KPK sejak Rabu (11/10).

Sebagai bukti permulaan perkara dugaan pemerasan terhadap pejabat di Kementan serta dugaan penerimaan gratifikasi, SYL bersama Hatta dan Kasdi diduga menerima uang Rp13,9 miliar.

Uang tersebut berasal dari pungutan terhadap ASN di Kementan dengan adanya paksaan dan ancaman akan dimutasi jabatannya jika tidak menyetorkan uang yang diminta sebesar 4 ribu dolar AS hingga 10 ribu dolar AS setiap bulannya.

SYL sendiri juga ditetapkan sebagai tersangka Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). KPK pun menemukan aliran penggunaan uang sebagaimana perintah SYL yang ditujukan untuk kepentingan Partai Nasdem dengan nilai miliaran rupiah.

Selain itu, penerimaan uang tersebut juga digunakan SYL untuk pembayaran cicilan kartu kredit, cicilan pembelian mobil Alphard milik SYL, perbaikan rumah pribadi, tiket pesawat bagi keluarga, hingga pengobatan dan perawatan wajah bagi keluarga yang nilainya miliaran rupiah.

Tak hanya itu, KPK juga menemukan adanya penggunaan uang lain oleh SYL bersama-sama dengan Kasdi dan Hatta serta sejumlah pejabat di Kementan untuk ibadah Umroh di Tanah Suci dengan nilai miliaran rupiah.

Dalam pengembangan perkara, KPK sudah mengamankan uang tunai sebesar Rp30 miliar dan cek senilai Rp2 triliun dari rumah dinas Mentan SYL, uang Rp400 juta dari rumah Hatta, serta 12 pucuk senjata api dari rumah dinas Mentan.