Hasilkan Listrik dari Sekam Padi, Cara Buyung Poetra Sembada Atasi Limbah dan Efisiensi Biaya

Salah seorang pegawai PT BPE memeriksa tempat pembakaran sekam padi. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)
Salah seorang pegawai PT BPE memeriksa tempat pembakaran sekam padi. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)

PT Buyung Poetra Sembada (BPS) yang mengoperasikan pabrik beras di Pegayut, Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir, 2018 lalu, dipusingkan dengan limbah sekam padi hasil penggilingan gabah yang dilakukannya. 


Betapa tidak, ketika musim panen mencapai puncaknya, pabrik tersebut dapat menghasilkan 115 ton sekam padi per hari dari total 500 ton gabah yang digilingnya. 

Limbah tersebut sebagian ada yang dimanfaatkan untuk media tanam, namun sebagian besar kebanyakan dibuang atau dibakar. Permasalahan muncuk setelah adanya larangan dari pemerintah melakukan pembakaran lantaran dapat menimbulkan kabut asap. 

Berangkat dari kondisi itu, perusahaan lalu mencoba memanfaatkan limbah tersebut menjadi energi biomassa yang dapat menghasilkan listrik. Perusahaan pun lalu membentuk anak perusahaan PT Buyung Putra Energi (BPE). Perusahaan ini mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dengan bahan bakar limbah sekam padi berkapasitas 3 Megawatt. 

Cara kerjanya sekam padi dipress dan diubah dalam bentuk pelet kecil untuk selanjutnya menjadi bahan bakar yang akan menggerakkan mesin turbin. Hasilnya, perusahaan memperoleh dua keuntungan sekaligus. Pertama, dapat mengatasi limbah sekam padi hasil penggilingan. Kedua, efisiensi biaya listrik yang selama ini mendapat suplai dari PLN. 

Supervisor Operasional PLTBm BPE, Candra Priansyah mengatakan, untuk kebutuhan listrik per bulannya, perusahaan harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1,1 miliar yang dibayarkan kepada PLN. Biaya itu, kata Candra, baru untuk membayar abodemennya saja. 

"Sementara untuk biaya operasional PLTBm ini secara keseluruhan sekitar Rp350 juta per bulan," kata Candra saat dibincangi awak media yang mengikuti Jelajah Energi Sumsel 2024. 

Dijelaskan Candra, PLTBm tersebut membutuhkan setidaknya 80 ton sekam padi untuk operasionalnya. Artinya serapan limbah per harinya dari pabrik beras tersebut hampir mencapai 70 persen. 

"Jadi permasalahan limbah teratasi dan efisiensi listrik juga diperoleh," kata Candra.

Hanya saja, sambung Candra, limbah sekam padi yang dihasilkan dari pabrik terkadang kurang. Sehingga, pihaknya harus memenuhi kebutuhan sekam padi dari pabrik penggilingan lain. 

"Terutama saat periode musim tanam yang mengalami penurunan produksi beras. Suplai sekam padi dari pabrik juga berkurang," ucapnya. 

Untuk itulah, sekam padi yang dihasilkan terkadang disimpan dalam bentuk pelet agar bisa digunakan ketika periode tanam tersebut.

Fungsional Perencana Ahli Madya Bappeda Sumatera Selatan, Brilliant Faisal mengungkapkan, potensi penggunaan sekam padi di Sumsel sebagai energi biomassa cukup besar. Berdasarkan data, produksi gabah kering giling di Sumsel mencapai sekitar 2,7 juta ton. Produksi sekam padi dari penggilingan gabah tersebut bisa mencapai 634 ribu ton. 

"Jika keseluruhan dimanfaatkan menjadi energi biomassa, tentu sangat berpotensi memenuhi kebutuhan listrik," kata Faisal. 

Data Dinas ESDM Sumsel, potensi energi terbarukan di daerah ini mencapai sekitar 21.032 MW. Terdiri dari energi surya sebesar 17.233 MWp, hidro sebesar 448 MW, angin sebesar 301 MW, bioenergi sebesar 2.132 MW, dan panas bumi (geothermal) sekitar 918 MW. 

Namun, saat ini, kapasitas listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan baru 989,12 MW atau 4,7 persen dari potensi yang ada. 

Pemanfaatan sekam padi untuk bahan bakar pembangkit listrik pada industri pengolahan padi merupakan praktik yang tepat guna. Pemanfaatan biomassa di sektor industri seringkali terhambat oleh jarak dan keandalan pasokan sumber biomassa dengan penggunanya. 

"Dengan pemanfaatan biomassa di sumbernya, kedua tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik," kata Rizqi M Prasetyo, Koordinator Sub-nasional, Program Akses Energi Berkelanjutan, Institute for Essential Services Reform (IESR). 

IESR telah memetakan potensi teknis biomassa pada tahun 2021. Hasilnya, terdapat potensi teknis energi biomassa sebesar 30,73 GW di seluruh Indonesia, dimana 5 GW atau 16,7% terdapat di Sumatera Selatan. 

"Selain sekam padi, potensi biomassa yang potensial yaitu limbah kelapa sawit, kakao, kopi, dan akasia," tandasnya.