Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meroket sebesar 7,07 persen di kuartal II 2021 secara year on year (yoy), justru terbilang rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan di negara-negara yang menjadi partner utama dagang Indonesia.
- Rupanya..BSU bawah 5 Juta Sudah Disalurkan Rp 3,6 Triliun
- BSI Mobile Bakal Hadir Perkuat Ultimate Service
- Indosat Dapat Penghargaan Internasional Berkat Implementasi Empatik AI
Baca Juga
Menteri Keuangan Indonesia pada Kabinet Pembangunan VII, Fuad Bawazier mengurai bahwa pertumbuhan Indonesia jauh berada di bawah jika dibandingkan dengan Singapura yang meroket dua digit di angka 14,3 persen, China sebesar 7,9 persen, Amerika Serikat 12,2 persen, Eropa 13,2 persen, dan Hongkong 7,5 persen.
"Dengan metode yang sama (yoy) maka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 Indonesia yang 7,07 persen itu sebenarnya terbilang rendah. Sebab negara partner utama dagang Indonesia pertumbuhannya meningkat,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Minggu (8/8).
Fuad Bawazier juga menggarisbawahi bahwa pertumbuhan yang meroket itu terjadi karena tahun dasar pembanding yang sangat rendah. Bahkan menjadi kuartal paling jeblok di antara yang lainnya.
Di satu sisi, Fuad Bawazier juga tidak menyalahkan bahwa pertumbuhan secara kuartal ke kuartal (q to q), Indonesia tumbuh 3,3 persen di kuartal II 2021.
Namun yang harus disoroti, jika metode ini digunakan untuk melihat jejak pertumbuhan ekonomi tanah air, maka Indonesia sudah berkali-kali mengalami minus, bahkan resesi.
“Jadi lebih sering resesinya dan baru lepas kuartal 2 ini yang positif. Tapi sudah dapat diduga bahwa kuartal III tahun ini akan kembali minus lagi. Jadi kembali ke resesi lagi bila kuartal IV-nya kembali minus,” tandasnya.
- Bank SumselBabel Perkuat Layanan Digital untuk Kemudahan Nasabah
- Kepala Perwakilan BI Sumsel Resmi Dikukuhkan, Deputi Senior Beri Arahan Strategi KIS
- Mega Proyek Rusia-Indonesia, Bangun Kilang Minyak Senilai 16 Miliar Dolar AS