Dalam dunia olahraga, pelatih merupakan sosok penting dalam kesuksesan atlet dalam bertanding. Begitu juga dengan Ernita Nasir pelatih Badminton yang sudah banyak mencetak atlet berprestasi. Perempuan kelahiran Palembang 25 Desember 1981 ini bisa dibilang pelatih bulutangkis yang cukup sukses, namun perjalanan karirnya banyak tak diketahui orang.
- Madrid dan Man City Pastikan ke 16 Besar, Berikut Hasil Lengkap Liga Champions
- PSSI Pecat 43 Karyawan Terkait Penyimpangan Keuangan, Audit Ungkap Aliran Dana ke Rekening Pribadi
- Prediksi Presiden PS Palembang: Indonesia Menang 2-1 di Final Piala AFF
Baca Juga
Bahkan sudah banyak klub-klub di berbagai negara yang memakai jasanya. Diantaranya, Brunei Darussalam dan Inggris yang cukup lama menjadi sparing partner dirinya. Hingga karir kepelatihannya bermulai di klub Jayaraya Suryanaga Surabaya, kesuksesan dalam memoles atlet berbakat juga mengantarkannya menukangi klub Penang State Badminton Asosiation di Malaysia.
Berkat tangan dinginnya, Ernita mampu mencetak atlet berbakat di negeri jiran yang saat ini masuk dalam national team Malaysia seperti Ching Kai Feng, Loo Bin Kung dan Goh Jin Wei.
"Sejak tahun 2012 saya dapat tawaran untuk melatih klub di Malaysia. Saya bersyukur, setelah dipercaya melatih 2 tahun, saya bangga karena ada beberapa anak didik yang berhasil menembus nasional tim Malaysia," ujarnya dihubungi RMOLSumsel, Jum'at (19/11).
Setelah kesuksesannya di Malaysia, putri bungsu pasangan Muhmmad Nasir Malian (alm) dan Noncik ini kembali ke Indonesia. lagi-lagi tangan dinginnya sebagai pelatih berbuah hasil saat dia dipercaya Badminton Club Exist untuk melatih di nomor tunggal putri.
Hasil polesannya itu mampu mengantarkan nama-nama seperti Fitriani, Priskila dan Nita menembus pelatnas. Bak pepatah gayung bersambut, kesuksesan itu juga terus menular ketika dia dipercaya menukangi PB Mutiara Cardinal hingga dia menghasilkan atlit yang sekrarang masuk di pelatnas seperti Amalia Cahaya Putri dan Saifi Rizka.
"Kurang lebih selama sepuluh tahun terakhir saya jadi pelatih, alhamdulillah sudah mencicipi melatih di luar negeri dan itu menjadi pengalaman saya tersendiri. Sangat bangga rasanya bisa berbagi pengalaman apalagi melihat keberhasilan anak didik yang memang kita latih bisa berhasil menembus pelatnas dan tim nasional," jelasnya.
Tak berhenti disitu, karir keplatihan Ernita semakin menanjak ketika dirinya diminta untuk private training dengan Winona atlit asal India selama 3 bulan. Ternyata, hal itu berlanjut ketika dia dipercaya melatih klub Zhang Ning Badminton di China.
Namun kondisi covid-19 yang terjadi dua tahun lalu menghentikannya hingga dirinya harus pulang ke tanah air sampai kondisi stabil."Sebelumnya karena pandemi Covid-19 yang terjadi di belahan dunia. Saya harus pulang sampai kondisinya membaik dan sekarang sedang persiapan untuk mulai lagi," kata dia.
Dibalik kesuksesannya di sebagai pelatih namun banyak yang tak menyangka perjalannya sebagai atlet bulutangkis di masa silam penuh perjuangan yang sangat berat. Nama besarnya seakan tenggelam karena tidak banyak diketahui publik padahal di Sumatera Selatan khususnya Palembang kiprahnya terdahulu cukup moncer.
Ernita merupakan atlet pertama asal Sumsel yang mampu menembus beasiswa PB Djarum di Kudus Jawa Tengah tahun 1994 silam. Jauh sebelum nama Mohammad Ahsan dan Debby Susanto dikenal masyarakat. Ernita sudah menorehkan beragam prestasi, diantaranya dia pernah mewakili Indonesia dalam kejuaraan Asian junior 1998 di Malaysia dan World junior 1998 di Melbourne Australia.
"Setelah di pelatnas saya dilatih oleh Sigit Pamungkas selama 3 bulan, disitu saya di gembleng tanpa ikut kejuaraan, setelah itu saya ikut kejuaraan pertama kali adalah international chalange jakarta open thn 2001, dengan hasil yang sangat baik bisa juara final mengalahkan Wong Petty asal Malaysia," paparnya.
Hingga karir Ernita yang juga satu angkatan dengan Sonny Dwi kuncoro di PB Djarum itu, harus terhenti akibat cidera tangan. "Awalnya karena memang cidera tangan dan entah kenapa tidak bisa sembuh total, sehingga saya memutuskan resign namun terus melajutkan karir menjadi pelatih sejak 2010 lalu," jelas perempuan yang telah mengantongi lisensi pelatih Level I Asia ini.
Bagi Ernita, kecintaannya di bulutangkis sudah tersemat di usia dini. Berawal kejuaraan Porseni tingkat sekolah dasar mengantarkannya masuk klub Dharmajaya. Dari situlah, bakat permainannya mulai terlihat hingga dirinya memberanikan diri untuk mengikuti beasiswa PB Djarum.
"Tentunya hal itu tidak lepas dari dukungan kedua orang tua serta keluarga. Namun ada juga sosok pak Aguscik dan almarhum om Freddy yang melatih saya dari kecil. Tak lepas juga support om Heryanto memberikan saya kesempatan untuk ikut audisi hingga saya bisa lolos ke PB Djarum Kudus tahun 1994 dan juga kak Densyah, dr Suryadi, dr Yan dan banyak lagi yang berjasa hingga saya bisa menjadi sekarang ini," tandasnya.
- Kalah dari China 3-0, Indonesia Gagal Raih Gelar Juara Uber Cup 2024
- Rangking Jojo Melesat ke 3 Besar Dunia Usai Juara All England dan Kejuaraan Asia
- Tundukkan Wakil Malaysia, Fajar/Rian Juara All England 2024