Ekonomi Sumsel Triwulan II 2020 Turun 1,37 Persen, Ini Penyebabnya...

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat, ekonomi Sumsel triwulan II-2020 dibanding triwulan II-2019 (y-on-y) mengalami kontraksi sebesar 1,37 persen. 


Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih menyebut, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi di sebagian besar lapangan usaha yang terdampak oleh pandemi Covid-19. 

"Penurunan terbesar dialami oleh Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 18,26 persen; diikuti Transportasi dan Pergudangan sebesar 11,36 persen; dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 7,70 persen," kata Endang, Kamis (6/8/2020).

Ditambahkan Endang, dari sisi pengeluaran, kontraksi tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Luar Negeri yaitu sebesar 21,19 persen. Sementara ekonomi Sumsel triwulan II-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 2,30 persen (q-to-q). Sementara dari sisi pengeluaran disebabkan oleh Komponen Ekspor Luar Negeri yang mengalami kontraksi sebesar 13,34 persen.

"Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan triwulan II-2020, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian memberikan kontribusi pertumbuhan dengan kontraksi tertinggi sebesar 0,85 persen; sementara Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi menyumbang pertumbuhan positif sebesar 0,42 persen," papar Endang pula.

Dijelaskannya, struktur ekonomi Provinsi Sumsel triwulan II-2020 didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 20,20 persen diikuti Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 19,00 persen serta Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 15,47 persen. Peranan ketiga lapangan usaha tersebut mencapai 54,67 persen terhadap total PDRB Sumatra Selatan.

Sementara, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumsel triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 mengalami kontraksi sebesar 2,30 persen. Diakui Endang, dampak pandemi Covid-19 membuat sebagian besar aktivitas ekonomi terhenti untuk mengurangi penyebaran virus. 

"Kontraksi terbesar terjadi pada Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 22,19 persen. Lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi sebesar 14,43 persen; diikuti Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,52 persen," tukasnya.