Dua Bulan Banjir Tak Kunjung Surut, Warga Sukajaya Palembang Pilih Ngungsi

Warga Perumahan Graha Buana Indah II Kelurahan Sukajaya Palembang mulai mengungsi akibat rumahnya terendam banjir. (ist/rmolsumsel.id)
Warga Perumahan Graha Buana Indah II Kelurahan Sukajaya Palembang mulai mengungsi akibat rumahnya terendam banjir. (ist/rmolsumsel.id)

Banjir besar yang melanda Kota Palembang, Sabtu (25/12), sudah berangsur surut. Hanya saja, kondisi tersebut tidak berlaku bagi warga yang tinggal di Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Sukarami. Tepatnya di komplek Perumahan Graha Buana Indah II.


Sudah dua bulan terakhir, puluhan rumah warga digenangi air. Hingga Selasa (28/12), genangan air mulai dari sebatas mata kaki hingga betis orang dewasa tak kunjung surut. Mirisnya lagi, tidak ada tindakan dari Pemkot Palembang untuk mengatasi banjir di kawasan tersebut.

“Sejak akhir Oktober, kami sudah terserang banjir yang tak kunjung surut. Diperparah lagi saat hujan kemarin,” ujar Gito, salah seorang warga yang dibincangi Kantor Berita RMOLSumsel.

Gito mengatakan, kondisi itu memaksa sebagian warga terpaksa mengungsi dari rumah yang dihuninya belasan tahun. “Ada yang tinggal di tempat keluarganya. Bahkan, ada juga yang mengontrak rumah,” ucapnya.

Menurut Gito, banjir disebabkan oleh penimbunan yang terjadi di sekitaran waduk Graha Buana Indah II. Waduk yang menjadi kolam retensi di kawasan tersebut awalnya dilakukan pengerukan.  Namun tanah hasil kerukan tersebut dipindahkan ke rawa-rawa di sebelah utara waduk. Akibatnya air dari rawa-rawa tersebut meluap menggenangi rumah warga.

"Semenjak proyek pengerukan waduk ya, tapi tanahnya hanya ditimbunkan ke rawa-rawa dekat waduk untuk pembangunan rumah pribadi," ujarnya.

Kondisi diperparah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Sukawinatan yang longsor menutupi Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal itu mengakibatkan aliran sungai terhambat sehingga genangan air lambat surut. Hujan yang terjadi pada tanggal 13 dan 25 Desember 2021 kian memperparah kondisi genangan air di kawasan tersebut. Dikatakan oleh Gito bahwa air yang merendam kawasan tersebut hingga mencapai pinggang orang dewasa.

"Pada hujan deras yang pertama (13/12), ada bantuan berupa sembako dan dapur umum yang hanya satu hari. Kalau banjir sabtu (25/12) kemarin, kita buka dapur umum secara mandiri dari warga yang terdampak," tambahnya.

Pria yang sudah 12 tahun tinggal dikawasan tersebut berharap agar pemerintah lebih memperhatikan tentang pengelolaan pembangunan serta pengerukan waduk. "Kami tidak meminta banyak, cuman kami berharap diperhatikan lagi proses pembangunan rumah yang dekat rawa serta pengerukan waduk. Saya sudah terbiasa dengan banjir disini tapi paling tiga jam sudah surut, namun kali ini sudah bebulan-bulan," keluhnya.

Senada, Jawari, warga lainnya menjelaskan, genangan air tersebut tidak bisa dibiarkan terus menerus, butuh langkah pasti guna mengatasi permasalahan tersebut.

"Iya kita tidak bisa menyalahkan alam terus, tentu ini akibat dari manusia yang harusnya dicari solusinya dan ditindak lanjuti," katanya.

Jawari yang sudah tinggal 13 tahun di kawasan itu masih menunggu tindakan pasti dari Pemerintah Kota Palembang untuk menyelesaikan masalah.