Dua Anak Tersambar Petir, FOPPSI Sumsel Berikan Himbauan Latihan SSB Di Waktu Hujan

Dua anak meninggal akibat tersambar petir saat latihan sepakbola/Istimewah
Dua anak meninggal akibat tersambar petir saat latihan sepakbola/Istimewah

Dua orang anak di Kota Tasikmalaya meninggal dunia tersambar petir, Jumat (11/6). Keduanya meninggal saat berlatih sepak bola di lapangan di Kampung Gunung Kialir, Kelurahan Setiajaya, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya.


Kedua korban bernama Muhammad Riyan (14) Muhammad Zaki (15). Keduanya masih berstatus pelajar SMP. Peristiwa itu terjadi ketika dua anak itu sedang berlatih sepakbola bersama rekan-rekannya di Sekolah Sepakbola (SSB) Putra Junior. Saat sedang berlatih, tiba-tiba turun hujan disertai sambaran petir.

"Lagi latihan rutin, kondisi memang baru hujan. Dua orang itu langsung tersambar petir," kata pelatih SSB tersebut, Nanang Mulyana (30 tahun), Jumat.

Menanggapi berita tersebut Sekjen Forum Pembina Sekolah Sepakbola Indonesia (FOPSSI) Sumsel  Hanief Djohan menyampaikan himbauan kepada seluruh SSB di Sumatera Selatan untuk selalu waspada ketika latihan diwaktu hujan.  

Menurutnya peristiwa meninggalnya dua anak SSB di Tasikmalaya harus menjadi pelajaran semua pihak jika faktor alam tidak boleh dilawan. Kendati demikian Hanief yang juga pendiri SSB Elmas ini mengatakan bukan berarti  anak-anakn SSB harus pesimis karna takut latihan.

“Dengan kejadian yang ada di Tasikmalaya kita harus mengambil pembelajaran ntuk kita semua yang ada di Sumsel. Memang faktor alam seperti hujan itu tidak bisa dihindari tapi juga kita jangan takut karena bisa di siasati. Artinya, jika waktu turun hujan apalagi disertai kilat dan petir pelatih harus menghentikan latihan,” ujarnya.

Hanief bercerita peristiwa tersambar petir saat latihan sepakbola bukan yang pertama terjadi. Karena sebelumnya kejadian serupa terjadi di Lapangan Trisakti Ciangsana Bogor tahun lalu. Namun yang menjadi korban justru orang tua murid yang sedang menonton anaknya latihan.

Diwaktu hujan turun korban yang diketahui warga Jambi itu sambil bermain handphone sembari berteduh dipinggir lapangan. “Tahun sebelumnya juga pernah terjadi tapi yang tersambar petir itu orang tuanya yang lagi berteduh tapi sambil main HP, kebetulan teman saya Ketua FOPSSI Jambi. Artinya apa, saat hujan pelatih dan orang tua juga harus sigap menginstrusikan anak didiknya untuk menjauhi alat komunikasi yang menghantar listrik seperti Handphone,” jelasnya.

“Faktor alam tentunya bisa terjadi dimana saja apalagi di Sumsel seperti diwilayah, Pagaralam, Lahat dan Muara Enim yang memang wilayah perbukitan. Makanya kita himbau kepada seluryh SSB di Sumsel untuk menghindari kejadian yang serupa,” pungkasnya.