Cuaca Palembang Menyengat, Ini Penjelasan BMKG Soal Kemarau Kering

Seorang warga Palembang lagi berjalan di siang hari pada cuaca panas, Rabu (2/6). (m hatta/rmolsumsel.id)
Seorang warga Palembang lagi berjalan di siang hari pada cuaca panas, Rabu (2/6). (m hatta/rmolsumsel.id)

Hampir dua pekan ini masyarakat di Sumsel khususnya Palembang kerap merasakan kegerahan, akibat cuaca di Kota Pempek ini yang dominan panas menyengat. Kalaupun turun hujan, itu hanya terjadi sesekali.


Menanggapi cuaca panas tersebut, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) SMB II Palembang, Desindra Dedi Kurniawan mengatakan, pada medio Juni ini memang sebagian Sumsel mengalami musim panas, termasuk di Kota Palembang.

Sehingga akan terasa ada perubahan suhu panas. Hanya saja, sambung dia, secara klimatologis kondisi ini dinilai masih wajar.

"Kondisi panas ini masih wajar. Kami selalu mengamati dan memonitornya setiap tiga bulan serta ada laporan klimatologisnya juga," katanya, Rabu (2/6). 

Meski demikian, jelas Desindra, kondisi panas ini juga dipengaruhi kelembaban udara. Apalagi pada tahun ini Sumsel kemarau kering. Sehingga, kelembaban udara berkurang.

“Kalau tahun sebelumnya kondisinya kemarau basah, sehingga kelembaban udara masih cukup baik,” jelas dia. 

Disinggung soal tropis siklon (tekanan udara yang sangat rendah disertai angin kencang dan hujan, kadang-kadang disertai badai guntur), Desindra menilai tidak berpengaruh di Sumsel.

Karena, sambung dia, siklon ini terjadi di sebelah utara atau tepatnya di wilayah Filipina. Sedangkan, Sumsel hanya sebatas pergerakan angin atau konvergensi karena adanya belokan. 

"kalau tidak ada belokan, tidak ada pertumbuhan awan," tandas dia.

Dari data BMKG saat ini musim hujan masih terjadi di wilayah Musi Banyuasin (Muba), Banyuasin, OKI, OKU Selatan, PALI, Muara Enim, dan Ogan Ilir.