Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengembangkan Recirculating Aquaculture System (RAS) atau sistem budidaya resirkulasi ikan Nila Srikandi dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT). Teknologi ini terhubung secara online dengan sistem Android, mempermudah pengendalian kualitas air budidaya.
- Prakiraan Cuaca Selasa 14 Februari 2023, Hujan Lebat Diperkirakan Akan Terjadi di Palembang saat Malam Hari
- Sony Xperia 1 IV Resmi Diluncurkan, Ini Spesifikasi dan Harganya
- Intel Tunda Perilisan Chip Granite Rapids Hingga 2024
Baca Juga
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP), I Nyoman Radiarta, menjelaskan bahwa RAS merupakan teknologi yang mengolah air budidaya untuk digunakan kembali melalui penyaringan mekanis dan biologis.
"RAS ini mengedepankan sistem budidaya yang efektif dan efisien untuk menghasilkan nilai Srikandi yang unggul," ungkap Nyoman.
Dengan mengkombinasikan RAS berbasis IoT, kualitas air budidaya Nila Srikandi dapat dipantau secara online melalui smartphone. "IoT Nila Srikandi adalah inovasi berbasis teknologi nirkabel komunikasi yang mengukur parameter kualitas air secara langsung," ucapnya.
Teknologi ini memproses data dari sensor kualitas air yang dikirimkan melalui server dan menampilkannya di smartphone melalui grafik dan dashboard kualitas air budidaya Nila Srikandi. Nyoman menyatakan bahwa ini akan memudahkan pembudidaya dalam mengontrol kualitas air, instrumen penting dalam budidaya ikan Nila Srikandi.
Keberhasilan ini menunjukkan komitmen BPPSDM untuk mengoptimalkan aset-aset pasca perubahan tugas dan fungsi di bidang riset. Agus Cahyadi, Kepala Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, berharap inovasi ini dapat mempermudah proses budidaya Nila Srikandi di BRPI dan diterapkan di lokasi lain.
Ikan Nila Srikandi merupakan komoditas unggulan BPPSDM, dikenal sebagai hasil pemuliaan dan teknologi RAS dengan air budidaya pada salinitas 10-15 ppt. Pengembangan RAS berbasis IoT ini sesuai dengan upaya Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, untuk mengembangkan subsektor perikanan budidaya sebagai program prioritas berbasis ekonomi biru. Menteri Trenggono menekankan bahwa teknologi dan pengembangan SDM adalah faktor kunci dalam pembangunan kelautan perikanan.