Setelah Damaskus direbut pemberontak dan Presiden Suriah Bashar Al-Assad dikabarkan melarikan diri, Perdana Menteri Mohammed al-Jalali akhirnya mau buka suara.
- Film Deadpool dan Wolverine Kantongi Pendapatan Rp 8,8 Triliun
- Cadangan Migas di Sumur Rencong-1X Perairan Selat Malaka Mulai di Bor
- Potensi Wisata Budaya Suku Jerieng di Bangka Barat Menarik untuk Dikembangkan
Baca Juga
Dalam pidato di akun Facebooknya pada Minggu, 8 Desember 2024, Jajali mengatakan bahwa ia siap bekerja sama dengan pemimpin mana pun yang dipilih oleh rakyat.
Menurutnya, Suriah bisa menjadi negara normal yang berhubungan baik dengan negara tetangga dan dunia.
“Masalah ini tergantung pada kepemimpinan yang dipilih oleh rakyat Suriah. Kami siap bekerja sama dengannya (kepemimpinan itu) dan menawarkan semua fasilitas yang memungkinkan,” ujarnya, seperti dimuat AFP.
Pemimpin kelompok pemberontak Islamis Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Jolani, memerintahkan pasukan untuk tidak mengusik lembaga resmi di Damaskus, dengan mengatakan mereka akan tetap berada di bawah perdana menteri sampai kepemimpinan resmi dialihkan.
HTS dan faksi-faksi sekutu telah melancarkan serangan kilat sejak 27 November, menyapu sebagian besar wilayah negara itu dari kendali pemerintah, termasuk kota-kota besar Aleppo, Hama, dan Homs.
Pada Minggu, 8 Desember 2024, mereka berhasil menaklukkan Damaskus dan mengklaim Assad melarikan diri dari negara itu karena pemberontak semakin maju.
“Setelah 50 tahun penindasan di bawah kekuasaan Baath, dan 13 tahun kejahatan dan tirani serta pemindahan paksa. Hari ini kami umumkan berakhirnya periode gelap ini dan dimulainya era baru bagi Suriah,” kata pemberontak di Telegram.
- Pemilihan Ketua Peradi Palembang Diikuti Tiga Calon, Komitmen Tidak Keluar Kalau Kalah
- Disaksikan Jokowi dan Xi Jinping, Ini Lima Kerja Sama yang Diteken Indonesia-China
- Enam Anak Sekolah di Uganda Terinfeksi Virus Ebola