Agus Fatoni Dalam Rekonstruksi Kejayaan Sriwijaya

Pj Gubernur Sumsel Agus Fatoni saat mengunjungi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS). (ist/rmolsumsel.id)
Pj Gubernur Sumsel Agus Fatoni saat mengunjungi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS). (ist/rmolsumsel.id)

Pj Gubernur Agus Fatoni kembali berencana membuat gebrakan, kali ini lewat misi besar untuk kembali merangkai sejarah, menjejaki kembali kejayaan kerajaan Sriwijaya. 


Datang ke Palembang sejak Oktober 2023 lalu, Agus Fatoni dihadapkan dengan sejumlah tantangan. Mulai dari penanganan karhutla, pencegahan stunting, penanganan inflasi sampai penyelenggaraan Pilpres, satu per satu telah mulai terselesaikan. 

Termasuk pula mengenai permasalahan internal di lingkup kepegawaian yang perlahan telah dibenahi. Dirjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri inipun mengaku tengah berusaha maksimal meletakkan pondasi pemerintahan yang baik untuk Pemprov Sumsel kedepan. 

Rupanya, selain hal yang bersifat birokratis, Agus Fatoni yang merupakan kelahiran Sumbagsel ini punya mimpi yang telah sejak lama hendak diwujudkannya. Di masa kepemimpinannya saat ini, mimpi itu sedang dirancang dan akan digarap serius, yakni kejayaan kerajaan Sriwijaya. 

Besarnya nama dan cakupan kerajaan Sriwijaya berdasarkan literasi sejarah, menurut Agus Fatoni harus direka ulang. Dalam pengertian konkrit, jejak sejarah ini sedang diupayakan untuk disatukan sehingga bisa menjadi memoar saat dirinya tidak lagi memimpin kelak. 

"Setidaknya apa yang sedang kita rancang ini, bisa merekonstruksi kerajaan Sriwijaya, sehingga bisa dinikmati oleh generasi mendatang," katanya. 

Mulai dari seni dan budaya sampai aksi heroisme kolosal yang membuat kerajaan ini mampu mencakup luasan wilayah yang besar di Asia Tenggara pada masanya, kini tengah dirajut. Agus Fatoni bahkan menyebut pihaknya segera membentuk tim khusus terkait masalah ini. 

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan. Generasi mendatang harus tahu, harus melihat seperti apa sejarah Sriwijaya dulu. Ini bisa ditampilkan secara langsung di media yang kita sudah punya (museum) atau bahkan lewat media yang sekarang sedang tren," katanya. 

Apa yang dimaksudkan oleh Agus Fatoni merujuk pada banyaknya cerita sejarah yang dikemas dalam film, oleh penyedia layanan seperti misalnya Netflix dan beberapa penyedia layanan film lain. 

"Bukan tidak mungkin cerita tentang kebesaran Sriwijaya ini muncul di platform-platform itu," ungkapnya. 

Di Sumsel sendiri, ada dua museum yang menyimpan kebesaran Kerajaan Sriwijaya. Yakni Museum Balaputra Dewa yang kini berganti nama Museum Negeri Sumatera Selatan dan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) yang sebelumnya dikenal dengan nama Situs Karanganyar. 

Berbagai benda bersejarah peninggalan abad ke-7 tersaji di dalam kedua museum tersebut. Seperti di Museum Balaputra Dewa, pengunjung dapat menikmati replika arca zaman megalith di Sumselmulai dari arca megalith ibu menggendong anak, arca orang menunggang kerbau, hingga arca manusia dililit ular.

Kemudian, koleksi benda peninggalan dari zaman pra-kerajaan Sriwijaya berupa kerajinan tembikar, manik-manik, dan pengecoran logam.

Pada bagian lain ditemukan berbagai replika prasasti yang menjelaskan awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti tersebut antara lain, prasasti Kedukan Bukit, Relaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuo, Boom Baru, Kambang Unglen I, Kambang Unglen II, dan Prasasti Siddhayatra. 

Selain prasasti, pada ruangan ini pengunjung juga akan menemukan koleksi lain dari zaman Kerajaan Sriwijaya berupa arca Buddha, arca Hindu, dan Fragmen.

Kemudian juga, ada peninggalan zaman Kesultanan Palembang mulai dari songket hingga rumah ulu dan rumah limas yang terletak di belakang museum 

Sementara di TPKS atau Situs Karanganyar, koleksi yang dipamerkan dibagi dalam dua jenis, yaitu Arkeologi dan Keramologika. Sedangkan, penataan koleksi ditampilkan menurut urutan kronologis, yaitu masa Pra Sriwijaya, Sriwijaya, dan Pasca Sriwijaya.

Agus Fatoni sendiri sengaja mengunjungi kedua lokasi museum tersebut. Menurutnya, pengelolaan Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa dan Museum Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya sudah cukup baik, namun tetap masih perlu ditingkatkan. 

“Kepada masyarakat yang memiliki peninggalan-peninggalan atau barang-barang kuno, barang-barang yang lalu itu bisa disampaikan ke pihak museum, agar bisa ditulis, kemudian diteliti, dikaji, untuk lebih melengkapi lagi tentang Kerajaan Sriwijaya yang ada di Sumatera Selatan,” katanya. 

Fatoni mengungkapkan dengan adanya museum di Sumsel ini, generasi muda dapat mengetahui bagaimana perjalanan Kerajaan Sriwijaya, mulai dari masa kejayaan hingga keruntuhannya. 

"Jadi dengan melihat museum, kita melihat sejarah, bisa membaca sejarah dan melihat sejarah peninggalan-peninggalannya. Kemudian kita bisa melihat budayanya, adat istiadatnya dan lain sebagainya. Museum ini sangat kaya informasi dan kaya ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya, jadi masyarakat termasuk anak-anak muda, generasi muda, silahkan datang ke museum ini," ajaknya. 

Fatoni menuturkan, dalam waktu dekat Pemprov Sumsel akan membentuk tim yang akan mencari peninggalan-peninggalan sejarah, baik di dalam negeri maupun luar negeri, yang didalamnya ada ahli pakar, ahli sejarah, dan lain sebagainya. 

“Ini milik kita, sehingga kita rawat dan jaga bersama-sama, museum-museum ini cukup bagus, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil, banyak sekali informasi sejarah yang bisa kita ketahui, namun banyak juga masyarakat yang belum tahu kalau ada museum ini," tambahnya. 

Sejarawan dari Universitas Sriwijaya (Unsri), Dedi Irwanto mengapresiasi keinginan Pj Gubernur Sumsel Agus Fatoni yang ingin memajukan museum Negeri Sumsel maupun TPKS. Dia mengatakan, saat ini sejumlah museum di Indonesia telah menerapkan teknologi modern dalam pengelolaannya.

"Seperti Museum Sangiran di Jawa. Mereka sudah menerapkan teknologi canggih dalam pengelolaan museum," kata Dedi. 

Sehingga, pola serupa bisa saja diterapkan di Sumsel. Sebab, sumber daya manusia di Sumsel mulai dari seniman, budayawan maupun tenaga IT cukup mumpuni untuk menciptakan konsep modern tersebut. 

Dedi menuturkan, keinginan untuk menampilkan sejarah kejayaan Kerajaan Sriwijaya dalam bentuk virtual relevan dengan kondisi saat ini. Khususnya bagi generasi muda. Menurutnya, generasi muda saat ini lebih mudah mencerna dengan untuk belajar sejarah kejayaan masa lampau.

"Jadi museum juga harus berbenah untuk menarik pengunjung khususnya generasi muda," tandasnya.