Adu Strategi pada Pilgub Sumsel 2024: Siapa yang Paling Berhasil Merebut Hati Rakyat? 

Infografis Prediksi Peta Pemilih Pilkada Sumsel 2024/Tim RMOL Sumsel
Infografis Prediksi Peta Pemilih Pilkada Sumsel 2024/Tim RMOL Sumsel

Persaingan ketat diprediksi akan terjadi dalam Pilgub Sumsel kali ini, tak terlepas dari strategi dan pengaruh masing-masing paslon yang akan berupaya maksimal meraih dukungan dari basis suara di 17 Kabupaten/Kota di Sumsel.


Basis suara yang ada, memeliputi kelompok etnis, wilayah geografis, dan komunitas-komunitas tertentu inilah yang nantinya akan menentukan kemenangan bagi Mawardi Yahya-RA Anita Noeringhati (Matahati), Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) dan Eddy Santana Putra-Riezky Aprilia (ERA).

Seperti diungkapkan pengamat politik Bagindo Togar, bahwa saat ini ketiga paslon tersebut punya keunggulan masing-masing. Namun demikian, siapa yang punya strategi dan mampu mempengaruhi kepercayaan publik, memiliki peluang lebih besar. 

Selain strategi yang tepat, jaringan politik (koalisi), relasi dengan tokoh lokal masyarakat juga dapat memberikan pengaruh signifikan dalam kemenangan paslon tersebut. Apalagi jika melihat basis suara ketiga paslon yang hampir merata di Sumsel. 

"Dalam politik, suara adalah segalanya. Siapa yang mampu memenangkan hati dan suara rakyat, dialah yang akan keluar sebagai pemenang," ujarnya dibincangi RMOL Sumsel, Kamis (29/8).

Kolase tiga pasang calon Gubernur Sumsel, Mawardi Yahyan-RA Anita Noeringhati (matahati), Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) dan Eddy Santana Putra-Riezky Aprilia (ERA)/ist

ERA Bakal Menggoyang Basis Suara Petahana 

Secara geografis, pasangan Mawardi Yahya dan RA Anita Noeringhati (Matahati) dinilai akan lebih unggul dan akan menguasai setidaknya 7 wilayah, yakni Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir (OKI), Prabumulih, Empat Lawang, Pali, Musi Banyuasin dan Musi Rawas.

"Kalau dianalisa, ketokohan dari Mawardi Yahya dan Anita ditambah lagi dengan mesin partai pengusung seperti Golkar yang memang pengalaman, teruji dan piawai ditambah lagi dengan KIM plus yang semakin menguatkan pasangan ini untuk menang," ungkap Bagindo. 

Sehingga daerah yang sebelumnya disebutkan, akan menjadi basis suara utama pasangan Matahati jika ditinjau dari relasi politik dengan tokoh-tokoh lokal dan ketokohan mereka. Belum lagi kemampuan yang dimiliki oleh pasangan Matahati ini untuk meraup suara dari etnis jawa di Sumsel yang diketahui cukup besar, mencapai 34 persen (survey BPS).

"Inilah yang tidak bisa dikooptasi, karena memang ada pemilih yang tidak ada mengenal wilayah tapi lebih berdasarkan ke identitas etnis. Apalagi, Anita menjadi satu-satunya kandidat yang berdarah Jawa tapi sudah menunjukkan kotribusinya secara besar di Sumsel," jelas Bagindo. 

Akan tetapi, keunggulah pasangan Matahati itu tidak berarti mereka akan meraih kemenangan dengan mudah. Masuknya pasangan ERA justru menggerus suara yang sebelum ini diprediksi dimiliki oleh pasangan Matahati dan HDCU. 

"Eddy Santana Putra dan Riezky Aprilia juga memiliki basis suara di wilayah paling banyak dihuni Daftar Pemilih Tetap (DPT) seperti Palembang, Banyuasin dan Lubuklinggau. Padahal sebelumnya wilayah ini diperebutkan oleh Matahati dan HDCU," kata Bagindo. 

Bukan tanpa alasan, sosok Eddy Santana Putra (ESP) memiliki rekam jejak yang sangat moncer saat menjabat Wali Kota Palembang selama dua periode. Bahkan, ketika dirinya terpilih menjadi anggota DPR RI pada 2019 lalu.

Ketokohan ESP serta investasi politik dan komunikasi dengan kelompok tertentu, menurut Bagindo dimungkinkan bakal meraup suara paling dominan hingga 60 persen pemilih di Palembang yang merupakan ibu kota provinsi.

"ESP ini politisi flamboyan dan kharimastik, beliau adalah maestro nya kota Palembang. Bahkan belum ada yang menyamai prestasinya ketika beliau memimpin. Wajar jika kehadiran di Pilgub kali ini membuat petahana terganggu," jelasnya.

Berpasangan dengan Riezky Aprilia, justru dinilai semakin memperkuat lumbung-lumbung suara dari kandidat ini, utamanya di kawasan Musi Rawas, Lubuklinggau, dan Muratara (MLM). Beberapa wilayah ini, merupakan wilayah yang memberikan kemenangan pada petahana dalam edisi pilgub sebelumnya.

"Untuk Riezky, kehadirannya pastinya bakal membelah suara perempuan karena sebelumnya sudah ada Ibu Anita. Keunggulan lainnya dia punya histori di Lubuklinggau yang merupakan putri dari mantan Walikota Lubuklinggau dua periode Riduan Effendi," ungkapnya.

Pengamat Politik Bagindo Togar/ist

HDCU Dinilai Tetap Andalkan Pemilih Konservatif

Sementara itu, Herman Deru dan Cik Ujang (HDCU) juga dianggap kandidat kuat karena keduanya juga memiliki basis pemilih yang cukup besar di sejumlah daerah. Diantaranya, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Timur, Muara Enim, Lahat Pagar Alam dan Muratara.

Apalagi, keduanya telah lama dikenal di panggung politik daerah, dengan Herman Deru yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Sumsel dan Cik Ujang adalah Bupati Lahat. Meskipun demikian, pasangan ini dinilai hanya akan mengandalkan pemilih konservatif. Tidak melihat gagasan, tetapi ketokohan yang dimiliki oleh keduanya. 

"Pasangan ini tetap saja kuat, karena keduanya memang punya pengaruh besar sebagai ketua parpol dan petahana, terutama di daerah asalnya OKU Timur dan Lahat yang menjadi basisnya. Cik Ujang juga dimungkinkan untuk meraup suara suku besemah, meskipun tidak signifikan," ungkapnya. 

Oleh sebab itulah, dengan keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing paslon, Pilgub Sumsel 2024 akan memperlihatkan persaingan ketat berdasarkan basis suara yang tersebar. Artinya Bagindo menyebut semua masih memiliki peluang. 

"Kalau dari basis suara kita sudah melihat siapa pemenangnya, namun tinggal lagi bagaimana para kandidat ini mendesain dan merumuskan program agar benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kalau kombinasi itu terjadi secara maksimal, maka selesai sudah Pilgub ini," ujarnya.