Thailand Catatkan Peningkatan Ekspor di Tengah Tantangan Global

 Pasar grosir Talat Thai, Rangsit, Pathum Thani, Thailand/Net
Pasar grosir Talat Thai, Rangsit, Pathum Thani, Thailand/Net

Ekspor Thailand telah mengalami peningkatan selama enam bulan berturut-turut. Menurut Kementerian Perdagangan Thailand, peningkatan tersebut di luar perkiraan lantaran terjadi lebih cepat dan lebih besar. Bahkan diprediksi pengiriman akan terus meningkat lagi di kuartal pertama 2024.


Data Januari 2024, ekspor berbasis kepabeanan Thailand naik sebesar 10 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, melebihi perkiraan sebelumnya sebesar 8,8 persen dalam jajak pendapat Reuters. 

Pertumbuhan ekspor tahun-ke-tahun mencapai tingkat tertinggi sejak kenaikan tahunan sebesar 11,7 persen pada bulan Juni 2022. Kementerian menyebut bahwa peningkatan ini didorong oleh permintaan global yang meningkat dan basis yang rendah pada tahun sebelumnya.

Namun, ketidakpastian geopolitik di sekitar Thailand dapat memberikan dampak pada sektor perdagangan dan menjadi tantangan tersendiri. Perlambatan ekonomi China, yang merupakan pasar ekspor utama Thailand, juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi.

Sekretaris Kementerian Perdagangan Thailand, Keerati Rushchano, optimis bahwa ekspor pada kuartal pertama masih akan mencatat pertumbuhan positif. Kementerian menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 1-2 persen pada tahun ini, setelah mengalami penurunan sebesar 1 persen pada tahun sebelumnya.

"Tren ekspor terus meningkat, didorong oleh pemulihan ekonomi global, meredanya situasi inflasi global, permintaan akan langkah-langkah ketahanan pangan dari beberapa negara, dan kerja sama ekonomi di kawasan yang kuat," kata Rushchano.

Meskipun demikian, Thailand, sebagai negara pengirim biji-bijian terbesar kedua di dunia, memperkirakan ekspor beras pada tahun 2024 akan turun sekitar 14,4 persen menjadi 7,5 juta metrik ton karena penurunan produksi dan meningkatnya persaingan.

Pada bulan Januari, pengiriman ke Amerika Serikat naik sebesar 13,7 persen, pengiriman ke Jepang meningkat 1,0 persen, sementara ekspor ke Tiongkok naik 2,1 persen. Namun, impor pada bulan yang sama naik sebesar 2,6 persen dari tahun sebelumnya, menciptakan defisit perdagangan sebesar 2,76 miliar dolar AS.