Sumsel Mulai Literasi Bahasa Isyarat, Pertama di Indonesia

Gubernur Sumsel Herman Deru belajar bahasa isyarat pada launching Gerakan Literasi Bahasa Isyarat, Minggu (20/2). (Humas Provinsi Sumsel/rmolsumsel.id)
Gubernur Sumsel Herman Deru belajar bahasa isyarat pada launching Gerakan Literasi Bahasa Isyarat, Minggu (20/2). (Humas Provinsi Sumsel/rmolsumsel.id)

Provinsi Sumatera Selatan melaunching Gerakan Literasi Bahasa Isyarat bagi kaum disabilitas. Gerakan yang digagas Duta Literasi Sumsel Ratu Tenny Leriva bersama Dinas Perpustakaan Provinsi Sumsel ini merupakan yang pertama kali di Indonesia.


Gubernur Sumsel, Herman Deru mengatakan, bahasa isyarat tidak cukup hanya mengetahui alfabetnya saja. Namun lebih dari itu yang  sangat penting juga mengetahui gestur tubuh, sebab gestur memberikan arti yang berbeda sesuai dengan cara masing - masing.

“Sang Duta Literasi membuat satu langkah, sebuah perhatian yang memang menyentuh, semua stakeholder baik Pemerintah daerah maupun swasta mampu berkomitmen memberikan hak dan kesempatan yang sama bagi penyandang disabilitas,” ujar Deru di Taman Budaya Sriwijaya, Minggu (20/2).

Deru mengajak penggiat literasi mulai dari Bunda Literasi untuk memperluas literasi bahasa isyarat, di mana hal tersebut dapat menggali ilmu pengetahuan yang akan membantu kaum disabilitas.

“Gagasan ini harus diperluas oleh penggiat literasi, Bunda Literasi, kemudian dilanjutkan ke sekolah negeri, untuk kita berikan hak yang sama untuk para disabilitas,” katanya.

Deru juga mengimbau untuk seluruh stakeholder terkait untuk dapat memperhatikan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.

“Buatkan fasilitas-fasilitas yang akan mempermudah pelayanan bagi kaum disabilitas. Utamanya terkait rasa keadilan dalam hal pelayanan untuk mereka,” tukasnya.

Duta Literasi Sumsel, Ratu Tenny Leriva mengatakan, grafik literasi Sumsel tumbuh signifikan. Di awal tahun 2022 ini, literasi Sumsel berada di 14,57 persen atau melampaui target nasional 13,53 persen.

“Peningkatan literasi diyakini akan terus meningkat dengan adanya launching Gerakan Literasi Bahasa Isyarat bagi kaum disabilitas ini,” tutur Leriva.

Leriva menerangkan, ide tersebut muncul saat dirinya melihat fenomena kelompok yang rentan mengalami diskriminasi dan haknya sering tidak dipenuhi.

Oleh sebab itu Leriva mengambil langkah untuk bekerja sama dengan OPD terkait seperti Leanpuri Center & Foundation, Gerkatin Sumsel, Rumah Disabilitas Sriwijaya dan relawan peduli akan teman-teman tuli.

“Saat ini juga Gubernur Sumsel telah mengeluarkan surat edaran untuk pimpinan BUMN, BUMD dan perusahaan swasta di Provinsi Sumsel untuk memperkerjakan paling tidak 2 persen penyandang disabilitas dari jumlah pekerja. Sementara untuk perusahaan paling tidak 1 persen wajib memperkerjakan penyandang disabilitas dari jumlah pekerja,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan, Fitriana menyampaikan, Gerakan Literasi Bahasa Isyarat merupakan yang pertama kali di Indonesia, hal demikian sejalan dengan peran perpustakaan di mana 10 persen manajemen koleksi dan 70 persen tranfser knowledge.

“Gerakan Literasi Bahasa Isyarat ini bertujuan untuk kesetaraan informasi dan hak literasi untuk penyandang disabilitas tuli di Sumsel. Kemudian membuka kesempatan pekerjaan bagi para disabilitas tuli sebagai juru bahasa isyarat, serta membangun sinergi antara penyandang disabilitas  tuli dan pegiat literasi,” kata Fitriana.