RD Jagokan Filosofi Asosiatif Inggris, Nil Maizar Sebut Jorginho Solusi Bagi Italia

Selebrasi Penyerang Inggris Raheem Sterling/ist/rmolsumsel
Selebrasi Penyerang Inggris Raheem Sterling/ist/rmolsumsel

Turnamen sepakbola terakbar di benua biru Euro 2020 telah memasuki partai puncak alias laga final. Dua tim terbaik yakni Italia dan Inggris akan berseteru di Stadion Wembley, Senin (12/7) pukul 02.00 WIB.


Kedua tim tentu punya kelebihan masing-masing. Skuad Gli Azzurri yang ditukangi Roberto Mancini cukup popouler karena Jorginho Cs belum terkalahkan dari 33 laga yang sudah dilewati. Sementara Inggris mampu menyapu bersih kemenangan sepanjang perghelatan Euro 2020.

Mantan pelatih Timnas Indonesia Rahmad Darmawan menilai kedua tim punya potensi meraih juara eropa namun Coach RD sapaannya---lebih condong menjagokan tim berjuluk The Three Lions itu. Alasanya, RD menilai Inggris memiliki filosofi asosiatif gaya baru sepakbola diadopsi pelatih Gareth Southgate.

Mantan pelatih Timnas Indonesia Rahmad Darmawan (net/rmolsumsel.id)

“Dari awal saya memang menjagokan Inggris karena timnas Inggris semakin fasih memainkan gaya baru sepakbola dengan filosofi asosiatif. Hal inilah yang membedakan dengan gaya lama mereka yang pragmatis. Ditambah lagi dengan possesion mereka dalam build up dengan pasing-pasing pendek ke sepertiga pertahanan lawan,” ujar pelatih asal Metro, Lampung ketika dihubungi rmolsumsel.id, Minggu (11/7).

Lebih lanjut dia menjelaskan kelebihan timnas Inggris antara lain dengan kemampuan para pemain dalam melakukan penetrasi dilapangan seperti yang dilakukan oleh trio trio Raheem Sterling, Bukayo Saka dan Hary Kane.

“Dari sini terlihat jelas banyak sekali jumlah kombinasi yang mereka buat di sector sepertiga barisan pertahanan lawan karena mereka punya striker yang bagus tidak hanya target man tapi juga mereka bisa dalam bola header,” jelasnya.

Kefasihan Inggris dalam memainkan filosofi asosiatif ini tidak lepas dengan banyaknya pelatihpelatih di Liga Inggris yang memainkan stratgei tersebut seperti Pep Guardiola yang membangun filosofi asosiatif di Manchester City. Liverpool yang juga asosiatif walapun lebih vertical dan juga Totenham Hotspurs yang hampir mirip.

“Jadi banyak sekali tim-tim Inggris yang meninggalkan filosofi lama yang membangun dengan filosofi asosiatif dan ini menguntungkan sekali untuk tim nasional Inggris dan terbukti pemain-pemain timnas mereka banyak dari klub-klub papan atas Liga Inggris,” ulas pelatih berlisensi AFC Pro.

Disamping itu, pelatih yang pernah menukangi tim T-Team di Liga Malaysia itu menilai yang membedakan materi pemain Inggris yang mampu membuat suasana atau situasi berubah dalam compact defense yang sulit dipatahkan dan juga dalam wing play atau one two play atau dengan long ring shoot mereka bisa melakukan dengan penetrasi dengan baik.

“Kualitas pemain yang punya penetrasi bagus bisa dilihat dari Sterling, Saka bahkan Kane bisa melakukan itu,” jelasnya.

Kendatipun dia menilai dalam partai final nanti tidak mudah bagi Inggris untuk menaklukan Italia. RD melihat kehebatan Italia yang mampu meredam kehebatan Spanyol yang juga sama memiliki filosofi asosiatif.

Selebrasi Timnas Italia usai memastikan lolos ke final Euro 2020. (net/rmolsumsel.id)

“Sejak awal Italia bisa meyakinkan kita semua bisa menjadi juara karena mereka mampu meredam damn mengalahkan permainan Spanyol yang punya filosofi asosiatif hanya saja yang membedakan selepas peninggalan Xavi dan Iniesta skuat El Matador tidak punya figur pemain yang banyak melakukan penetrasi. Justru pemain Spanyol yang bagus dalam pentrasi terletak di fullback kiri yakni Jordi Alba,” pungkasnya.

Sementara, Pelatih Sriwijaya FC punya pandangan berbeda dengan menjagokan Italia juara di pertandingan final nanti. “Tapi saya suka dengan cara bermainnya Italia dan saya suka cara menyerangnya Italia sekarang lebih bagus,” kata Nil yang juga pernah menukangi Timnas Indonesia.

Pelatih Sriwijaya FC Nil Maizar. (dok/rmolsumsel.id)

Alasan Nil mengacu pada rekor fantastis yang diraih anak asuhan pelatih Roberto Mancini yang belum terkalahkan dari 33 laga yang sudah dilewati. Tak lepas disitu, Nil menilai Gli Azzurri punya sosok gelandang kreator seperti Jorginho yang merupakan otak permainan tim sepanjang turnamen.

“Dia (Jorginho) sang dirijen yang membuat orchestra Italia lebih apik untuk dinikmati. Ibaratnya begini, ketika anda tak punya solusi bola mau diapakan, berikan saja pada Jorginho dia akan mencarikan solusinya dengan cepat. Apapun hasuil final bukan hal mengherankan jika dia terpilih jadi MVP turnamen ini,” pungkasnya.