Petani OKU Selatan Mulai Beralih Tanam Alpukat Wina, Ini Alasannya

Alpukat Wina saat ini menjadi primadona petani OKU Selatan sebagai tanaman alternatif.  (ist/rmolsumsel.id)
Alpukat Wina saat ini menjadi primadona petani OKU Selatan sebagai tanaman alternatif. (ist/rmolsumsel.id)

Kabupaten OKU Selatan merupakan daerah pertanian yang kaya akan berbagai komoditas. Mulai dari kopi, lada, pisang, jagung dan juga karet. Namun, baru-baru ini petani di OKU Selatan mulai beralih menanam buah alpukat Wina.


Seperti yang dilakoni, H Ali Hardani, petani di Desa Sadau Jaya Kecamatan Sungai Are. Ia telah beberapa tahun terakhir menanam Alpukat Wina. Alasannya, harga jual komoditas kopi yang dimilikinya cenderung tidak stabil. "Kalau Alpukat Wina ini harganya stabil. Di angka Rp12 ribu. Jadi setiap panen untungnya itu kelihatan," kata Ali saat dibincangi wartawan, Sabtu (25/9). 

Sementara, harga kopi saat panen massal biasanya jatuh dari harga pasaran. Hal inilah yang membuat Ali mulai beralih ke Alpukat Wina. "Kopi tetap jalan. Nah, Alpukat Wina ini jadi alternatif kita kalau harga kopi turun. Kita bisa tahan jual kopi sampai harganya stabil lagi," terangnya. 

Alpukat Wina berbeda dengan alpukat biasa yang dijual. Ukuran alpukat ini per buahnya bisa mencapai berat 1-2 kilogram. Harganya per kilogram mencapai Rp12 ribu. Berbeda dengan alpukat biasa yang dibanderol Rp4-7 ribu per kilogram. 

"Sudah ada beberapa yang ikut menanam di desa sadau jaya ini, memang perlu ketekunan agar berhasil, selain itu terus berinovasi kalau harga kopi lagi anjlok pilihan lainnya bisa dari alpukat ini," pungkasnya.