Menggunakan warna-warna dalam menandai wilayah sebaran Pandemi Virus Corona Baru 2019 (Covid-19), tidak tepat. Karena tinggi-rendahnya penyebaran itu lebih disebabkan mobilitas penduduk.
- Saat Menteri Jokowi Bicara Peta Politik Pasangan Prabowo-Gibran
- 18 Pati TNI AD Resmi Sandang Pangkat Baru, Salah Satunya Adik Irjen Krishna Mukti
- Pengamat: Era Jokowi Lebih Parah Dari Soeharto
Baca Juga
Sehubungan hal tersebut, Ahli epidemiologi dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia Pandu Riono meminta, pemerintah harus menyetop penggunaan istilah zona warna.
Pandu Riono menegaskan bahwa penggunaan itu menyesatkan. Sebab sebaran corona sangat dipengaruhi oleh mobilitas penduduk.
"Kuning bukan berarti kuning, hijau bukan berarti hijau. Kuning atau hijau bisa sesungguhnya merah. Kenapa? Risiko penularan Covid-19 sangat dipengaruhi mobilitas penduduk," ungkap Pandu seperti yang dikutip Redaksi, Minggu (9/8/2020).
Menurut Pandu, daerah yang diberi warna kuning ataupun oranye tidak bisa serta merta disimpulkan bahwa di daerah tersebut memiliki risiko penularan yang lebih rendah dibandingkan warna merah.
Ditambah lagi, saat ini banyak daerah yang memiliki kapasitas Tes PCR sangat terbatas. Bahkan ada yang sengaja tidak tes untuk mencegah wilayahnya jadi merah jelang pilkada.
"Keputusan (pemerintah) izinkan kegiatan penduduk potensial berisiko tinggi, janganlah berbasis warna zona. Waspada!" tegas Pandu mengingatkan.[ida]
.
- KPU Pastikan Pengalaman Ricuh Pendaftaran Parpol Tahun 2018 Tak Akan Berulang
- Usulan Zulhas-Cak Imin Membahayakan Demokrasi dan Gejolak Sosial
- TKN Prabowo-Gibran Keberatan MNC Pegang Hak Siar Debat Ketika Capres