Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB) berencana menggugat Walikota Palembang terkait rusak dan tak terurusnya Balai Pertemuan yang masuk dalam wilayah Cagar Budaya BKB.
- Pemkot Palembang Minta Bantuan Revitalisasi Cagar Budaya ke Kemenbud
- Tindak Lanjut Sidak DPRD Palembang, Plang Cagar Budaya Dipasang di Komplek Pemakaman Pangeran Kramojayo
- Pernah Disinggahi Bung Karno dan Keluarga, Rumah Limas Dr AK Gani di Jalan Merdeka Terancam Dirobohkan
Baca Juga
"KIta sangat terkejut melihat Balai Pertemuan yang rusak parah, padahal Balai Pertemuan itu adalah cagar budaya yang masuk masuk dalam Kawasan Cagar Budaya BKB dan berada di belakang kantor Walikota Palembang,” kata budayawan kota Palembang Vebri Al Lintani.
Oleh karena itu AMPCB setelah menyampaikan soal Darurat Cagar Budaya ke Pemkot Palembang akan melanjutkan aksi secara bergelombang dengan massa yang lebih besar dan akan mencari kemungkinan persoalan pengrusakan Balai Pertemuan ke ranah hukum.
“Kita juga akan menyurati Presiden, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Dirjen Kebudayaan RI , TACB Pusat serta Balai Pelestarian Kebudayaan VI Sumsel untuk meninjau langsung Balai Pertemuan Palembang," jelas dia.
Sementara, Sekretaris Dewan Kesenian Palembang, Qusoi mengatakan, pihaknya berharap Walikota Palembang memberikan Balai Pertemuan ini untuk seniman dan budayawan melalui Dewan Kesenian Palembang (DKP).
Selain itu menurutnya Pemprov Sumsel sudah ada taman budaya di Jakabaring tapi di kota Palembang tidak ada gedung kesenian sehingga Balai Pertemuan ini dinilai layak dijadikan sebagai gedung kesenian di kota Palembang.
"Kami berakhirnya di akhir masa jabatan Walikota Palembang ini tolong perhatikanlah khususnya kami para seniman ini, dimana tempat kami berekspresi, tidak mungkin kami manggung di cafe dan di hotel terus, disini (Balai Pertemuan) bisa jadi UMKM, bisa jadi tempat acara teater, tari, puisi dan lain-lain,” katanya.
Sebelumnya kawasan Benteng Kuto Besak (BKB) atau di kenal kawasan societiet di zaman Keresidenan Palembang dibangun pada 1928, terletak di sebelah barat Benteng Kuto Besak, tepatnya di Jalan Sekanak, Kecamatan Bukit Kecil. Dalam kawasan societeit ini terdapat 3 gedung, pertama 2 gedung diantara jalan Sekanak dan jalan Bari, gedung utama menghadap kejalan Sekanak, sedangkan gedung ke dua menghadap jalan Bari.
Selain itu, Gedung utama yang saat ini dikenal dengan Balai Prajurit atau disebut juga dengan rumah bola digunakan sebagai gedung pertunjukan (Schouw burg) dan kegiatan bersenang-senang seperti pesta dansa oleh Belanda. Lalu di zaman Belanda menjadi bioskop Luxor (1928) dan bioskop Mustika (1970) di masa kemerdekaan.
Di belakangnya, terdapat bangunan yang sekarang menjadi Sekretariat Himpunan Putera Puteri Keluarga Angakatan Darat (HIPAKAD). Sedangkan gedung yang menghadap sungai Musi atau jalan Sultan Mahmud Badaruddin II dikenal sebagai Balai Pertemuan atau Gedung Pamong Praja. Kedua gedung ini dibantu dengan gaya arsitektur “art deco”.
- Sultan Palembang Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Willie Salim
- AXA Mandiri Resmikan Kantor dan Customer Care Centre Baru di Palembang
- Polisi Gelar Olah TKP Kasus Penganiayaan Wanita di Palembang, Korban Sebut Sudah Sering Dapat Ancaman Pelaku