Pencemaran Sungai Musi dinilai sudah cukup parah. Sungai yang membelah Kota Palembang ini memiliki kandungan berbahaya mulai dari logam berat hingga zat kimia. Sumber pencemaran berasal dari limbah masyarakat baik rumah tangga ataupun industri hingga kapal angkutan bertonase besar.
- Sastra Tutur dan Perempuan Lahan Basah Sungai Musi
- Mayat Pria Ditemukan Mengapung di Sungai Musi, Korban Dikenali dan Mengidap Gangguan Jiwa
- Fenomena Ketubean, Warga Empat Lawang Tangkap Ikan Mabuk di Sungai Musi
Baca Juga
Hal ini diungkapkan Staf Ahli Gubernur Sumsel Bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, Firmansyah saat menyampaikan kata sambutannya di acara Forum Diskusi dengan tema "Menyelami Sungai Musi Dalam Perspektif Kebijakan Pemerintah Untuk Kelestarian Lingkungan Budaya Dan Kesejahteraan Masyarakat", yang digelar Kantor Berita RMOL Sumsel di Istana Adat Kesultanan Palembang, Kamis (11/8).
"Berdasarkan catatan kami, itu sudah tercemar logam berat dengan nilai 0,2 dan zat kimia sudah di ambang batas 0.16," kata Firmansyah.
Menurutnya, pencemaran Sungai Musi disebabkan aktivitas masyarakat. Mulai dari industri dan pabrik yang berdiri di sepanjang tepian Sungai Musi. Lalu, limbah atau polusi dari lalu lalangnya kapal-kapal bertonase besar yang melintas. Hingga, limbah rumah tangga yang dihasikan masyarakat.
"Angkutan tongkang batubara yang melintas maupun kapal barang lainnya. Ini juga yang membuat Sungai Musi tercemar," bebernya.
Dia mengatakan, Pemprov Sumsel berkomitmen untuk menata Sungai Musi kedepannya menjadi lebih baik. Menurutnya, dalam mengatasi permasalahan Sungai Musi tidak bisa melihat Kota Palembang. "Kita harus berbicara secara holistik. Sebab, panjang Sungai Musi ini mencapai 720 Kilometer. Dari Bukit Barisan sampai ke Kota Palembang," terangnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumsel ini menuturkan, salah satu komitmen pemerinth dalam menata Sungai Musi ini adalah dengan mewujudkan Pelabuhan Tanjung Carat. Pelabuhan ini nantinya digadang akan menggantikan Pelabuhan Boom Baru yang berada di tengah kota.
"Sehingga bisa mengalihkan transportasi kapal besar yang juga menjadi salah satu sumber pencemaran," ungkapnya.
Menurutnya, Pemprov Sumsel juga mendorong pemerintah pusat untuk mengembalikan izin pertambangan dan perkebunan ke pemerintah daerah. Sebab, pengawasan yang dilakukan bisa lebih mudah. "Selama ini, kita tidak tahu siapa yang akan melakukan pengawasan, ini alasan pemda untuk meminta izin tersebut dikembalikan lagi dalam rangka pengawasan dan penegakan hukum," ucapnya.
Masih kata Firmansyah, pencemaran yang terjadi juga disebabkan akibat lemahnya penindakan atau proses penegakan hukum. Sampai saat ini, belum ada pabrik yang dicabut izin atau operasionalnya dihentikan karena melanggar serta mencemari lingkungan.
"Saya rasa jika ini ditegakkan dibarengi dengan kesadaran masyarakat yang tinggi agar tidak membuang sampah ataupun limbah rumah tangga di sungai, persoalan pencemaran sungai Musi bisa segera diatasi," terangnya.
Forum diskusi yang diberi nama Relung Forum tersebut juga menghadirkan narasumber lain. Seperti Akademisi dari Universitas Bina Darma, Profesor Dato Achmad Syarifuddin, Anggota DPR RI asal Sumsel yang juga Mantan Wali Kota Palembang, Eddy Santana Putra. Lalu, Ketua Serikat Media Seluruh Indonesia (SMSI) Sumsel, Jon Heri, Sultan SMB IV Jayo Wikramo Sultan Fauwaz Diradja. Serta Ketua dan Pimpinan Organisasi Penggiat Lingkungan, Organisasi Penggiat Anti Korupsi, Organisasi Mahasiswa dan Organisasi Wartawan dan Media Massa serta pimpinan organisasi lainnya.
Wakil Pemimpin Redaksi RMOL Sumsel, Muhammad Fajar Wiko mengatakan, kegiatan diskusi tersebut merupakan bentuk eksistensi media massa yang tidak hanya melakukan peliputan dan pemberitaan. Tetapi juga terhubung dengan yang membaca dengan seluruh masyarakat.
"Kami RMOLSumsel mencoba merangkai mengumpulkan data untuk memberitakan dan melepas isu-isu penting yang berhubungan dengan kepentingan khalayak ramai," bebernya.
Sungai Musi yang harusnya menjadi ibu bagi masyarakat Kota Palembang telah mengalami pencemaran berat. "Butuh kerja keras bersama untuk setidaknya menjaga kebersihannya yang nantinya akan berdampak kepada masa depan kita yang lebih baik lagi,"tandasnya.
- Sastra Tutur dan Perempuan Lahan Basah Sungai Musi
- Mayat Pria Ditemukan Mengapung di Sungai Musi, Korban Dikenali dan Mengidap Gangguan Jiwa
- Fenomena Ketubean, Warga Empat Lawang Tangkap Ikan Mabuk di Sungai Musi