Zulinto : Kalau Tidak Sanggup Bimbing Anak Belajar Online Jangan Dipaksakan

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) kota Palembang, Ahmad Zulinto menghimbau keras kepada orang tua dalam membimbing anak belajar secara virtual.


Pasalnya, ada kasus orang tua yang menganiaya anaknya sendiri hingga tewas. Karena anak kesulitan dalam mengikuti proses belajar secara online.

"Tidak lah harus kita katakan karena Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) nya, tapi memang kegiatan (PJJ, red) ini karena musibah Covid-19. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru saja tapi orang tua, masyarakat pemerintah bahkan seluruh stake holder," ujar Zulinto, Rabu (16/9).

Dikatakan Zulinto, kalaupun orang tua tidak mampu jangan dipaksakan, apalagi sampai memukul dan sebagainya. Dengan kejadian orang tua yang menganiaya anaknya hingga tewas, Disdik kota Palembang ikut prihatin, karena mendidik bukan seperti itu.

"Ya mari kita bersabar jangan seolah-olah dipaksakan, anak-anak diajak bermain di rumah dengan kesenangan, jangan di pukul. Kami aja cubit siswa dituntut (lapor polisi) oleh orang tua murid. Sekarang banyak orang tua yang dilaporkan anaknya karena memukuli mereka," terangnya.

Tapi ini tidak boleh terjadi, lanjutnya, mari sama-sama mendidik anak dimasa pandemi secara virtual. Orang tua mengajar di rumah sedangkan guru tetap mengajar di sekolah dengan virtual.

"Saya sudah menyampaikan kepada guru janganlah diberi beban yang berat, soal 3 sampai 5 cukup. Kondisi ekonomi sudah sangat sulit jangan membuat beban dengan materi siswa yang banyak dan sulit," tegas dia.

Diakui Zulinto, kondisi belajar secara virtual memang membuat siswa harus kehilangan pergaulan dan kebersamaan. Mereka harus berhadapan dengan daring setiap hari memang berat dan sudah pasti siswa adanya yang menangis.

"Cucu saya juga sering menangis mengerjakan soal secara daring, karena sering kena marah sama orang tuanya. Jadi kita sama-sama memahami saja," tukasnya.

Sebagai informasi, warga Desa Cipalabuh, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak Banten, digegerkan dengan penemuan jenazah anak kecul bernama KS (8) yang terkubur di TPU Gunung Keneng dengan pakaian lengkap.

Ternyata korban yang masjh dudul di kelas 1 SD itu meninggal usai dianiaya ibunya, LH (26). Pelaku tega membunuh putri ya lantaran kesal sang anak sulit menerima pembelajaran saat belajar online.