Waspada Jajanan dengan Minyak Goreng Bekas, Ini Kata Ketua IDI Palembang

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang, dr. Zulkhair Ali
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang, dr. Zulkhair Ali

Di tengah langkanya minyak goreng, masyarakat harus mewaspadai risiko adanya minyak goreng palsu dan minyak yang sudah digunakan berkali-kali. Minyak goreng tersebut akan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.


Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang, dr. Zulkhair Ali mengatakan, semakin sering minyak goreng digunakan akan semakin berbahaya bagi kesehatan. Sebab selain kandungan lemak jenuh minyak goreng yang dapat meningkatkan kolesterol, penggunaan minyak goreng berulang kali juga merusak kandungan gizi di dalamnya.

“Minyak goreng yang dipakai berulang kali juga dapat memicu radikal bebas. Akibatnya bisa berbahaya untuk kesehatan jantung dan penyumbatan pembuluh darah. Intinya berisiko memicu penyakit kardiovaskular,” ujar Zulkhair kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Jumat (18/3).

Lebih lanjut dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi ini menyampaikan, penggunaan minyak goreng bekas juga berdampak buruk pada penderita masalah pencernaan.

“Orang yang sehat saja bisa bermasalah ketika mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak bekas, apalagi mereka yang pencernaannya bermasalah. Karena memang makanan yang digoreng lebih susah dicerna,” tutur Zulkhair.

“Efek lebih jauh penggunaan minyak goreng berulang kali bisa menghasilkan senyawa karsinogenik yang bisa mengakibatkan penyakit kanker,” imbuhnya.

Menyikapi kondisi saat ini di mana Pemerintah memberikan subsidi untuk minyak goreng curah di tengah melambungnya minyak goreng kemasan premium, Zulkhair meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaannya. Sebab diprediksi konsumsi minyak goreng curah akan meningkat karena harganya yang paling terjangkau masyarakat saat ini.

“Minyak goreng curah ini nanti khawatirnya diolah sedemikian rupa dari minyak goreng bekas dan dijual lagi. Jadi ya waspada dan hati-hati terhadap minyak goreng palsu dan bekas,” ucapnya.

Zulkhair pun menyarankan di tengah langka dan mahalnya minyak goreng saat ini disiasati dengan mengubah pola makan dan mengurangi mengonsumsi makanan yang digoreng.

“Jadikan kondisi ini sebagai momentum beralih ke makanan yang lebih sehat. Selain digoreng kan kita sudah biasa konsumsi makanan yang direbus, dikukus atau dibakar. Jadi sebenarnya tidak terlalu masalah,” tukasnya.