Tolak Menyerah, Ini yang Dilakukan Pedagang Gerabah Terdampak Pandemi di Palembang

Gerabah produksi pengrajin di Kota Palembang. (ist/rmolsumsel.id)
Gerabah produksi pengrajin di Kota Palembang. (ist/rmolsumsel.id)

Meski penjualan mengalami penurunan yang sangat drastis akibat pandemi COVID-19, pedagang kerajinan gerabah di Kota Palembang menolak untuk menyerah. Bahkan para pedagang melakukan trik jitu untuk tetap menarik minat pembeli. 


Salah satunya dilakukan oleh Dayat (33), pedagang kerajinan gerabah yang berlokasi di jalan Mujahidin, Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil menjajahkan barang dagangannya dengan cara terpisah.

Dengan begitu, para pembeli diharapkan dapat tertarik saat melihat banyaknya gerabah dengan beraneka jenis, ukuran dan warna. 

"Jadi kita jual pisah-pisah, seolah-olah yang jualan gerabah ini banyak di sini. Pembeli ini kan kadang milih-milih tempatnya, jadi kita taruh di beberapa tempat agar pembeli bisa menentukan mau beli dimana sesuai yang mereka ingin,” ujarnya. 

Pria yang sudah berjualan selama 5 tahun ini mengaku pandemi COVID-19 benar-benar berimbas pada dirinya dan seluruh pedagang gerabah, membuat penjualan mengalami penurunan yang drastis. "Untuk saat ini Alhamdulillah, sudah mulai banyak yang beli, meski kadang tidak menentu juga," ucap dia. 

Selain menarik pembeli, penjualan dengan sistem ini juga membuat Dayat bisa menjajahkan seluruh dagangannya. “Kan ini sama saja nambah lapak, Jadi stok-stok lama dulu juga bisa dijajahkan,” katanya.

Dayat mengatakan kerajinan gerabah yang banyak dibeli adalah kendi untuk ari-ari. Untuk satu kendi dibandrol seharga Rp. 50 ribu. Selain kendi kerajinan gerabah lainnya adalah celengan, mulai dari bentuk ayam, karakter kartun, bahkan buah-buahan.

“Kalau harga celengan beda-beda sesuai ukuran, mulai Rp. 25 sampai 80 ribu. Jualan gerabah ini selain meneruskan bisnis nenek dulu, juga mengambil berkah dari orang lama,” ucapnya.