Terinfeksi Flu Burung, 11 Nuri Ara Besar Dimusnahkan

Sejumlah satwa dilindungi yang dikirim ke wilayah Indonesia Timur. (ist/rmolsumsel.id)
Sejumlah satwa dilindungi yang dikirim ke wilayah Indonesia Timur. (ist/rmolsumsel.id)

Sebanyak 11 burung nuri ara besar atau Psittaculirostris Desmarestii harus dimusnahkan. Lantaran, terinfeksi flu burung. Hal ini diketahui berdasarkan tes PCR Avian Influenza (PCR-AI) oleh Balai Veteriner Lampung.


Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Ujang Wisnubarata mengatakan 11 burung ini masuk dalam 76 hewan dilindungi yang diselundupkan melalui terminal Kargo Bandaran Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Namun, setelah dilakukan tes PCR diketahui bahwa 11 burung ini terinfeksi Flu Burung sehingga pihaknya langsung memisahkannya untuk menghindari penyebaran virus ke manusia. 

“Jadi hewan yang terinfeksi ini langsung dimusnahkan agar tidak menular ke manusia,” katanya, Selasa (5/10).

Untuk sisanya, sebanyak 65 hewan lainnya dikembalikan ke habitatnya Indonesia timur. Dengan rincian, 33 hewan yang dikirim ke Papua yakni, dua jenis ayam Mambruk Viktoria dengan sebaran habitat Jayapura, Biak, pulau Yepen hingga Nabire. Tiga ekor Kasturi epala hitam dengan sebaran Bovendigul, Asmat hingga Mimika. Dua ekor Kakak Tua Raja, 17 ekor Soa Payung dengan habitat Merauke dan sembilan ekor Kadal Panama (tidak dilindungi).

Pihaknya juga mengirim empat ekor Nuri Hitam ke Papua Barat karena habitatnya berada di sepanjang pesisir Papua Barat hingga Semenanjung Onin. 

“Kami juga mengirim 13 Kasturi Ternate ke habitatnya di Maluku Utara, beserta enam ekor burung Kakak Tua Maluku dan sembilan ekor kadal panama,” terangnya. 

Dia menjelaskan semula ada 114 hewan yang ditemukan dalam penyelundupan tersebut, baik satwa dilindungi maupun tidak dilindungi. Namun, saat penemuan 38 hewan sudah mati dan 11 sakit flu burung. Akibat penyelundupan tersebut, negara diperkirakan merugi hingga Rp1,3 miliar. Karena memang harga hewan yang diselundupkan mencapai Rp300 juta. 

Dia mengaku telah berkoordinasi dengan BKSDA setempat untuk mengembalikan 65 hewan ini ke habitatnya di Indonesia Timur. 

“Kami harap masyarakat juga ikut berperan untuk mencegah adanya penyelundupan tersebut,” tutupnya. 

Sementara itu,  Ketua Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, drh Jafrizal mengatakan hewan yang kebanyakan mati ini diakibatkan stres karena pengiriman (penyelundupan) tidak sesuai standar. 

Dia mengaku hewan yang mengalami stres ini tidak mau makan sehingga virus flu burung pun menyerang. Apalagi, burung Nuri Ara Besar ini sangat rentan terjangkit penyakit. 

“Untuk hewan yang akan dibebasliarkan ke habitatnya akan menjalani isolasi terlebih dahulu selama seminggu hingga dua minggu agar dapat menyesuaikan habitatnya,” tutupnya.