Tekanan Amerika Tak Berpengaruh, Rusia Masih Dapat Cuan dari China dan India

ilustrasi (ist/rmolsumsel.id)
ilustrasi (ist/rmolsumsel.id)

Tekanan ekonomi Amerika Serikat (AS) bersama para sekutunya kepada Rusia sepertinya tidak akan terpengaruh. Pasalnya, Rusia masih mendapatkan uang dari penjualan energinya ke China dan India. 


Tercatat Rusia sudah mengantongi 24 miliar dolar AS atau Rp 359 triliun hanya dalam kurun waktu tiga bulan setelah invasi dimulai pada 24 Februari lalu.

Selama tiga bulan hingga akhir Mei, China sudah menghabiskan 18,9 miliar dolar AS untuk membeli minyak, gas, dan batubara dari Rusia. Angka tersebut dua kali lipat dari jumlah tahun sebelumnya.

"China pada dasarnya telah membeli segala sesuatu yang dapat diekspor Rusia melalui jaringan pipa dan pelabuhan Pasifik," kata analis utama di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, Lauri Myllyvirta, seperti dikutip Bloomberg.

Pada periode yang sama, India sudah mengeluarkan 5,1 miliar dolar AS, atau lebih dari lima kali lipat dari pembelian pada tahun lalu.

"India telah menjadi pembeli utama kargo dari Atlantik yang tidak diinginkan lagi oleh Eropa," tambah Myllyvirta.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, penjualan energi Rusia ke dua negara tersebut lebih besar 13 miliar dolar AS. Pendapatan ini tentu membantu Rusia bertahan dari sanksi dan upaya embargo yang diberlakukan oleh AS.

Myllyvirta menuturkan uang dari China dan India tampaknya akan terus mengisi pundi-pundi Rusia dalam waktu cukup lama. Itu lantaran volume impor China dari Rusia terus mengalami kenaikan, sementara India memiliki intensi pembelian energi dari Moskow di tengah lonjakan harga.

Rusia telah lama menjalin hubungan perdagangan dan strategis dengan China dan India. Selain menawarkan diskon harga yang tinggi, Rusia juga menerima pembayaran dalam mata uang lokal untuk membantu menjaga arus perdagangan ke negara-negara tersebut tetap kuat.