BPS Catat Sumsel Alami Deflasi pada Juli 2024, Lebih Tinggi dari Nasional

Kepala BPS Sumsel, Mohammad Wahyu Yulianto/ist
Kepala BPS Sumsel, Mohammad Wahyu Yulianto/ist

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Sumatra Selatan mengalami deflasi sebesar 0,29 persen secara month-to-month (mtm) pada Juli 2024. Angka ini lebih dalam dibandingkan tingkat deflasi nasional yang sebesar 0,18 persen.


Kepala BPS Sumatra Selatan, Mohammad Wahyu Yulianto, mengungkapkan bahwa dari 425 komoditas yang diamati, 147 komoditas mengalami kenaikan harga, 183 komoditas relatif stabil, dan 93 komoditas mengalami penurunan harga.

"Berdasarkan 11 kelompok pengeluaran, terdapat dua kelompok yang menjadi penyumbang deflasi tertinggi, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,52%, serta kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01%," jelas Wahyu.

Wahyu juga menambahkan bahwa dari kelompok pengeluaran lainnya, tiga kelompok tercatat stabil, sementara enam kelompok mengalami inflasi. Kelompok rekreasi, olahraga, budaya, dan pendidikan terdorong inflasi, dengan pendidikan memberikan andil inflasi tertinggi sebesar 0,11%.

Secara regional, seluruh kabupaten dan kota di Sumatra Selatan mengalami deflasi pada Juli 2024. Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mencatat deflasi sebesar 0,40%, Kabupaten Muara Enim 0,07%, serta Kota Palembang dan Lubuk Linggau masing-masing 0,31%.

Beberapa peristiwa yang mempengaruhi kondisi deflasi di Sumatra Selatan pada periode Juli 2024 termasuk kenaikan harga emas secara global, masuknya tahun ajaran baru, serta penurunan sejumlah komoditas pertanian hortikultura.

"Upaya konsistensi pengendalian inflasi oleh pemerintah di provinsi dan kabupaten/kota juga berdampak pada kestabilan beberapa harga komoditas yang dikendalikan oleh pemerintah," tutup Wahyu.