Data penanganan Covid-19 Indonesia kembali jadi sorotan usai angka kasus kematian yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 berbeda dengan temuan publik.
- 219 ODGJ di Palembang Sudah Divaksin, Dinkes Palembang: Vaksinasi Dilakukan Tanpa Syarat
- Hari Ini Ada 220 Pasien Covid-19 di Palembang yang Sembuh
- Stok Menipis, Target Vaksinasi Covid-19 di OKU Terancam Tertunda
Baca Juga
Dalam temuan penelitian majalah Inggris, The Economist, angka kematian pada 3 September 2021 di Indonesia mencapai 801.414 kasus, lebih besar dari data pemerintah Indonesia yang merangkum kematian sebanyak 134.930.
Melihat perbedaan yang cukup jomplang tersebut, Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi menilai kondisi tersebut seperti dalam sebuah republik kepalsuan.
"Kata cermin perbuatan, fakta cerminnya angka. Jika perbuatan berlawan kata dan angka berlawan fakta, Anda sedang berada di negara kepalsuan," kata Adhie Massardi dikutip dari akun Twitternya, Senin (6/9).
Ia lantas memaparkan ciri-ciri republik kepalsuan yang disinyalir sedang terjadi di Indonesia.
"Ciri-cirinya, politik kian dangkal, tapi utangnya kian dalam. Kebenaran dan pembawa kebenaran jadi musuh negara!" tandasnya.
The Economist tidak hanya mengungkap selisih angka kematian Covid-19 dalam rentang tertentu. Secara total, selisih angka kematian juga diklaim terjadi cukup banyak.
Secara resmi, angka kematian total di Indonesia mencapai 4,6 juta kasus. Namun dari analisis The Economist, perkiraan jumlah korban sebenarnya mencapai 15,2 juta orang meninggal.
- Puluhan Ribu Lansia di Palembang Enggan Divaksinasi
- Obat Ilegal Marak Dijual di Toko Online, Pengawasan Dipandang BPOM Masih Lemah
- 67 Dokter dan 4 Jam Operasi Berhasil Pisahkan Kembar Siam Joana dan Jovalin