Setiap 10 Muharram Masjid Suro Membuat Bubur Suro

Sesuai namanya, Bubur Asyura atau Bubur Suro selalu hadir saat bertepatan dengan Hari Asyura tanggal 10 Muharram. Tak itu saja. Bubur Suro ini juga penuh dengan filosofi karena untuk memaknai datangnya Tahun Baru Islam dan Membahagiakan Anak-anak Yatim.


Biasanya bubur suro bisa ditemukan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Setiap tanggal 10 Muharram, umat Islam di Palembang ada yang melaksanakan Puasa Asyura. Selain melaksanakan puasa tersebut, orang-orang Palembang juga biasanya memasak bubur suro untuk dibagikan kepada anak-anak yatim. Bubur ini berwarna kuning, dengan rasa gurih dan dibuat dari banyak sekali bahan.

Nah di Palembang ada salah satu masjid yang masih melestarikan budaya pembuatan bubur suro, yakni Masjid Al-Mahmudiyah atau dikenal dengan Masjid Suro.

Ya benar saja. Saat RMOL Sumsel mengunjungi tempat pembuatan Bubur Suro, terlihat warga sekitar Masjid Suro bergotong royong dalam proses pengadukan bubur tersebut.

Pengurus Masjid Suro Kiagus Muhammad Sholeh Solihin mengatakan, pada tanggal 10 Muharram ini merupakan hari bersejarah dalam Islam, banyak peristiwa besar terjadi.

"Yang jelas makna dari ini kalau orang sedekah di 10 Asyuro itu ganjarannya (pahala) lebih dari hari biasa," ujar Sholeh sembari melihat pembuatan bubur suro, Sabtu (29/8).

Diceritakannya, awal mulanya Masjid Suro membagikan membuat Bubur Suro, terinspirasi oleh almarhum Ustaz Taufik Hasnuri (ulama besar) di Palembang.

"Jadi kita baru 5 tahun membuat Bubur Suro ini. Dalam satu tahun kita dua kali membagikan bubur, pertama pada saat hari Ramadhan, kedua pada 10 Muharram ini," terang dia.

Ia juga mengatakan, bahwa di 10 Muharram ini merupakan Hari Raya bagi anak yatim. Sebenarnya hanyalah ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim, sebab pada saat itu banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka

"Setelah Zuhur ada sebanyak 57 anak yatim dari 16 RT di Kelurahan 30 Ilir Kecamatan Ilir Barat 2 akan dibagikan bubur suro dan makan di masjid. Dan bagi warga sekitar Masjid Suro yang ingin bubur silahkan datang ke masjid dengan catatan membawa piring (wadah) sendiri," jelas Cek Sholeh sapaan akrabnya sehari-hari.

Tak hanya itu saja, anak yatim pun nanti anak diberikan uang santunan sebesar Rp 250.000 dan bingkisan senilai Rp 106.000 yang berisi sembako.

"Untuk dananya itu sedekah dari masyarakat sekitar," tuturnya.

Sementara itu, Juru masak bubur suro di Masjid Suro Palembang, Yusuf menjelaskan, proses pembuatan untuk mengolah bubur Asyura hingga matang dapat memakan waktu selama 4 jam.

Bubur suro juga dibuat dalam wadah khusus yang terbuat dari tembaga Kuningan dan biasa disebut gerengseng oleh warga Palembang.

"Dimasaknya juga menggunakan kayu bakar pilihan. Namanya kayu pelawan yang memang terkenal bagus untuk proses memasak. Tidak bisa kalau pakai kayu gelam, hasil buburnya agar kurang maksimal," urainya.

Yusuf menjelaskan, bahan-bahan untuk membuat bubur Asyura diantaranya terdiri dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, cengkeh, kayu manis, buah pala, kecap asin, daun sop dan daun bawang.

Bahan-bahan tersebut nantinya dicampur jadi satu dengan beras dan daging cincang.

"Biasanya campuran daging dan beras itu masing-masing 20 kg. Dicampur dengan bumbu dan dimasukan selama 4 jam sampai matang," ujarnya.

Istimewanya, kata Yusuf, tahun ini pengurus Masjid Suro Palembang menambahkan bumbu malbi untuk daging cincang yang dicampur dengan beras untuk menjadi bubur.

Tentunya penambahan bumbu tersebut akan menjadikan bubur suro menjadi lebih nikmat saat disantap.

"Alhamdulillah tahun ini sedekah dari warga cukup meningkat. Jadi dana itu yang kami kelola untuk pembuatan bubur suro ini. Semuanya tergantung jumlah sedekah yang terkumpul," tukasnya.[ida]