Di bawah langit biru dan diiringi suara gemericik air, ribuan orang berkumpul di pinggiran Sungai Kelingi, Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Pada Sabtu, 13 Juli 2024, objek wisata Watervang yang bersejarah ini menjadi saksi bisu dari sebuah momen yang tak terlupakan pemecahan rekor MURI dengan kegiatan minum kopi serentak di 17 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan, melibatkan 27 ribu orang.
- Pendaki Gunung Sibayak Dievakuasi Usai Alami Hipotermia di Tengah Hujan Deras
- Trisko Defriansa Tegaskan Tak Maju di Pilwako Lubuklinggau
- Warga Musi Rawas Tewas Tersengat Listrik saat Pasang Tenda
Baca Juga
Watervang, peninggalan kolonial Belanda, dikenal sebagai tempat yang sarat dengan sejarah dan keindahan alam. Hari itu, keindahan alam berpadu dengan aroma kopi, menciptakan sensasi yang unik dan mengesankan. Rizky, seorang peserta yang baru pertama kali merasakan ngopi di pinggir sungai, berbagi pengalamannya.
“Suasananya alami dan berbaur langsung dengan orang-orang sehingga bisa ngopi bareng berjemaah dengan teman-teman,” ujar Rizky dengan antusias. Bagi Rizky, ini adalah pengalaman yang berbeda dari sekadar ngopi di coffee shop atau restoran. Suasana alami dan kebersamaan dengan banyak orang menciptakan kehangatan yang sulit dijelaskan.
Budi Blek, seorang pecinta kopi bubuk hitam, juga merasakan hal serupa. Setiap hari sebelum memulai aktivitas, ia selalu menyeruput secangkir kopi.
“Kegiatan seperti ini sangat bagus, selain mengenalkan produk kopi lokal setiap daerah, juga sekaligus menjalin silaturahmi,” kata Budi. Dalam pandangannya, ngopi di pinggir Sungai Kelingi dengan latar belakang suara deburan air terjun di Bendungan Watervang, memberikan sensasi yang berbeda. “Kopi dan alam adalah kombinasi yang sempurna,” tambahnya.
Tidak hanya menjadi ajang pemecahan rekor, kegiatan ini juga memperlihatkan betapa pentingnya kopi dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya di Lubuklinggau. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, kopi tetap menjadi pengikat kebersamaan, sebuah alasan sederhana untuk duduk bersama dan berbagi cerita.
Suasana di Watervang hari itu sangat hidup. Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat berkumpul, saling mengenal, dan berbagi cerita di atas secangkir kopi. Ada yang datang bersama keluarga, teman, bahkan dengan orang-orang baru yang kemudian menjadi teman baru. Di setiap sudut, terdengar tawa dan percakapan hangat.
“Minum kopi merupakan aktivitas masyarakat Indonesia, khususnya di Lubuklinggau, yang acap kali setiap bertemu dan bersilaturahmi tak lekang suguhannya berupa kopi,” kata Rizky.
Kopi, dalam segala kesederhanaannya, mampu menyatukan banyak orang. Melalui kegiatan ini, kopi membuktikan dirinya lebih dari sekadar minuman, ia adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan alam, sejarah, dan sesamanya.
Menjelang senja, ketika matahari mulai meredup, acara ngopi pun selesai. Namun, kesan dan kenangan akan kebersamaan dan kehangatan yang dirasakan di pinggir Sungai Kelingi akan terus hidup dalam ingatan setiap peserta. Kegiatan ini tidak hanya berhasil memecahkan rekor, tetapi juga mengukuhkan nilai-nilai kebersamaan dan harmoni dengan alam, yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Lubuklinggau.
Begitulah, secangkir kopi di pinggir sungai telah membawa ribuan orang dalam satu momen kebersamaan, merajut tali silaturahmi, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Di Watervang, sejarah dan alam berpadu dengan budaya, menciptakan harmoni yang sempurna.
- Ibu di Lubuklinggau Cari Bantuan ke Gubernur Jabar, Dinsos: Belum Pernah Lapor ke Kami
- Warga Lubuklinggau Heboh, Ikan Sungai Kelingi Mabuk Diduga Akibat Diracun
- Curi Tabung Gas Tetangga, Pemuda di Lubuklinggau Ditangkap Polisi