Selamat Ulang Tahun Bung! Ini Goresan Singkat Wabup Muba Beni Hernedi Menyapa Sang Proklamator

Ilustrasi. (ist/rmolsumsel.id)
Ilustrasi. (ist/rmolsumsel.id)

Rakyat Indonesia kerap menjadikan teladan, tokoh panutan dan inspirator. Namun tak sedikit juga yang belum mengetahui, bahwa hari ini atau tepatnya 6 Juni 1901, merupakan hari lahirnya Sang Proklamator yang tak lain Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno.


Salah satu yang tetap mengingat hari lahirnya Bung Karno ini Wakil Bupati (Wabup) Muba, Beni Hernedi, yang juga politisi dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.

Meski dihadapkan pada padatnya rutinitas birokrat, Beni menyempatkan untuk berbagi goresan singkat untuk sang teladannya, Bung Karno, yang dikutip dari akun insta @presidensoekarno.

Dalam tulisan terebut, Beni menyampaikan, bahwa situasi sulit selamanya melahirkan harapan. Masyarakat Jawa lebih dulu mengenal sang juru juru selamat bernama Ratu Adil, atau Satrio Piningit. Orang lain menamakannya Mesias, Imam Mahdi, dan lainnya.

Pada suatu masa di suatu tempat, seorang kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901, digadang-gadangkan bakal menjadi penyelamat atas sebuah bangsa yang dicengkam sistem kolonial.

Seratus dua puluh tahun berselang, orang masih mempercayai tuahnya akan menyelamatkan mereka dari jerat kapitalisme global. Sebaliknya, sang penyelamat amat mengedepankan rasio.

Analisisnya mencuatkan wacana kelas dalam sistem imperialisme yang berorientasi pada akumulasi modal. Dia tidak memandang penjajahan semata-mata persoalan ras.

Lebih dari itu, penjajahan adalah soal rezeki, tentang bagaimana mendapatkan keuntungan bagi gemuknya perut sendiri. Berbekal pemahaman demikian, dimulainya perjuangan bersama seluruh rakyat Indonesia.

Seluruh pengorbanan terbayar tuntas ketika dia, atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, berhasil membawa bangsanya ke depan pintu gerbang kemerdekaan.

Gejolak sekaligus capaian mewarnai dua puluh tahun lebih masa pemerintahannya. Pekerjaan rupanya belum lagi usai. Dia gaungkan revolusi belum berakhir, tetapi krisis berbicara lain.

Suara kerasnya menentang pengisapan memaksanya berbalik mundur dari panggung, sembari terus berharap kelak bangsanya akan terbebas dari kapitalisme bangsa asing, terlebih bangsa sendiri.

Sebagai legenda, Bung Karno nyaris sempurna. Sejumlah mitos dilekatkan kepadanya, seolah-olah dia manusia setengah dewa, bersih dari segala kesalahan dan kekurangan.

Orang lupa, bahwa dia tidak lain dari pelaku sejarah. Sebagai pelaku sejarah, dia banyak mengubah keadaan, tetapi juga dikondisikan oleh keadaan. Seratus dua puluh tahun semenjak kelahirannya, kapitalisme belum lagi beranjak pergi.

Orang-orang serakah, koruptor-koruptor sumber daya alam, saling baku-pagut membentuk aliansi. Seolah mengulang masa lalu, juga orientasinya keuntungan pribadi.

Setelah sekian lama, bangsa Indonesia membutuhkan penyelamat lagi. Selamat ulang tahun Bung Karno. Kami tidak lagi bisa mengharapkan kehadiranmu. Tapi melalui sejarahmu kami tahu, penyelamat itu terletak di tangan kami sendiri.