Sekolah Vokasi Kemenperin Ubah Darah Sapi Jadi Pupuk Cair

Ilustrasi sapi. (Istimewa/rmolsumsel.id)
Ilustrasi sapi. (Istimewa/rmolsumsel.id)

Salah satu sekolah vokasi yang dimiliki Kementrian Perindustrian (Kemenperin) yaitu SMK Menengah Analis Kimia Padang, berhasil menciptakan invoasi pengelolaan darah sapi menjadi pupuk cair.


Inovasi tersebut dinamai POC Darsa Rupawan atau Pupuk Organik Cair Darah Sapi Rumah Potong Hewan.

"Alhamdulillah inovasi ini masuk dalam Top 99 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik KemenPAN-RB," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin, Dody Widodo dikutip dari keterangan persnya, Senin (27/6).

Dia menjelaskan, inovasi ini berawal pada tahun 2012. Dimana, sekolah tersebut berada di dekat RPH, sehingga mereka khawatir darah dari pemotongan tersebut berdampak kepada masyarakat sekitar jika mengalir ke sungai. Selain itu, limbah ini juga menyebabkan bau tidak sedap di sekitar RPH. Sehingga, rawan terkena penyakit pernafasan dan kulit. 

"Dari permasalahan tersebut mereka tertantang untuk menyelesaikannya, terbukti kini inovasi tersebut telah dipatenkan," tegasnya. 

Di Sumatera Barat, terdapat 10 RPH yang diawasi oleh dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat. Tiap satu RPH setiap harinya menyembelih sebanyak 12 ekor sapi. Sehingga, total terdapat 120 ekor sapi yang disembelih setiap harinya, menghasilkan 720 liter hingga 960 liter limbah darah sapi per hari.

Berdasarkan survei lapangan tujuh dari 10 RPH tadi belum memiliki prosedur pengelolaan limbah darah sapi pascapenyembelihan, sehingga banyak masyarakat yang terganggu dengan bau limbah dan air sungai yang tercemar.

“Melalui pembelajaran analisis terpadu II, siswa SMK-SMAK Padang dan pembimbing berkolaborasi membuat inovasi dengan mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik cair. Berdasarkan hasil pengujian, POC Darsa Rupawan dapat digunakan untuk padi, buah-buahan, sayur-sayuran, palawija, dan tanaman hias,” jelas Dody.

Lahirnya inovasi POC Darsa Rupawan diharapkan mampu memberikan solusi bagi permasalahan limbah darah sapi, dengan mengurangi limbah tersebut dan meningkatkan manfaatnya bagi lingkungan. Selain itu, juga dapat membantu para petani untuk pemupukan lahan pertanian dengan biaya yang lebih terjangkau, sehingga bisa turut menghemat biaya subsidi pupuk pemerintah.

“Sebagai perbandingan, saat ini total harga subsidi pupuk per satu hektar sebesar Rp1,5 juta. Dengan pupuk yang kita gunakan bisa menghemat sekitar Rp796 ribu, karena total biaya produksi per hektar pupuk cair ini sebesar Rp744 ribu untuk 240 liter POC Darsa Rupawan,” ungkap Dody. Sekjen Kemenperin memperkirakan penggunaan pupuk cair hasil inovasi ini dapat menghemat subsidi pupuk hingga sebesar Rp1,4 triliun.