Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) resmi menunjuk legenda sepak bola Belanda berdarah Maluku, Simon Tahamata, sebagai Kepala Pemandu Bakat (Head of Scouting) sepak bola nasional.
- PSSI Kirim Surat ke Kemenpora, Mauro Zijlstra Bakal Dinaturalisasi untuk Perkuat Timnas
- Gagal Lolos Kualifikasi, China Diisukan Lirik Shin Tae-yong
- FIFA Jatuhi Sanksi ke PSSI, 15 Persen Kursi Stadion Dikosongkan saat Timnas Lawan China
Baca Juga
Penunjukan ini merupakan langkah strategis PSSI untuk memperkuat fondasi pembinaan pemain menuju Piala Dunia 2026 dan seterusnya.
Pengangkatan Tahamata diumumkan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang menyebut kehadiran eks bintang Ajax Amsterdam ini sebagai aset penting dalam proyek jangka panjang sepak bola Indonesia.
“Kami sangat antusias menyambut Simon Tahamata dalam keluarga besar PSSI. Pengalaman dan keahliannya dalam pengembangan pemain muda akan menjadi aset berharga dalam perjalanan kami menuju panggung dunia,” ujar Erick dilansir laman PSSI, Kamis (22/5).
Dalam perannya, pria kelahiran Vught, Belanda, 26 Mei 1956 ini akan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan merekrut talenta potensial, baik dari dalam negeri maupun dari kalangan diaspora Indonesia di luar negeri, terutama di Belanda.
Ia akan bekerja erat dengan pelatih kepala Patrick Kluivert serta tim pelatih lainnya seperti Gerald Vanenburg dan Nova Arianto.
“Pertama, terima kasih atas semua pesan yang baik yang saya terima. Saya menantikan bekerja bersama coach Patrick Kluivert dan staf teknis lainnya di Indonesia,” kata Simon Tahamata melalui pernyataan resminya.
Simon Melkianus Tahamata dikenal luas sebagai winger lincah yang membela Timnas Belanda sebanyak 22 kali dari 1979 hingga 1986, dan mencetak dua gol. Ia memulai karier di klub kecil TSV Theole sebelum direkrut ke akademi Ajax Amsterdam dan masuk ke tim utama pada 1975.
Bersama Ajax, ia tampil dalam 149 pertandingan, mencetak 17 gol dan 33 assist, serta membawa klub menjuarai Eredivisie tiga kali dan satu Piala KNVB. Kariernya terus bersinar saat bergabung dengan Standard Liège di Belgia, di mana ia turut menyumbangkan dua gelar liga dan satu Piala Belgia, serta mencapai final Piala Eropa II.
Simon kemudian bermain untuk Feyenoord, Beerschot, dan Germinal Ekeren sebelum pensiun pada 1996. Di masa aktifnya, ia dikenal sebagai pemain fair play dan pernah meraih Belgian Man of the Season serta Fair Play Award.
Setelah gantung sepatu, Simon memilih jalur kepelatihan. Ia pernah menjadi pelatih akademi di Ajax, Standard Liège, Beerschot, Al Ahli, dan mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy pada 2015.
Nama Simon Tahamata tetap harum di mata pendukung Ajax. Pada Minggu (3/3), ia menerima penghormatan khusus di Johan Cruyff Stadium jelang laga melawan FC Utrecht. Ia disambut tepuk tangan meriah dan sebuah spanduk besar bertuliskan: “Oom Simon, Terima Kasih.”
Simon tampak emosional saat menyapa para fans yang pernah menyaksikannya berjaya di masa keemasan Ajax. Simon Tahamata dijadwalkan tiba di Indonesia pada akhir Mei 2025.
Ia akan segera mulai memetakan dan menjaring talenta-talenta muda Indonesia, termasuk dari komunitas diaspora, sebagai bagian dari program pembinaan berkelanjutan PSSI.
Informasi Pribadi
Nama lengkap: Simon Melkianus Tahamata
Tanggal lahir: 26 Mei 1956
Tempat lahir: Vught, Belanda
Tinggi: 1,64 m
Karier Junior
1967 – 1971: TSV Theole
1971 – 1976: Ajax Amsterdam
Karier Senior
1976 – 1980: Ajax Amsterdam
1980 – 1984: Standar Liege
1984 – 1987: Feyenooord
1987-1990: Beerschot
1990 – 1996: Germinal Ekeren
Karier Timnas
1979-1986: Timnas Belanda
Karier Pelatih
1996-2000: Standard Liege (Academy dan Junior)
2000-2004: Germinal Beerschot (Academy dan Junior)
2004-2009: Ajax Amsterdam (Academy dan Junior)
2009-2014: Al Ahli Arab Saudi (Academy dan Junior)
2014-2024: Ajax Amsterdam (Academy dan Junior)
- PSSI Kirim Surat ke Kemenpora, Mauro Zijlstra Bakal Dinaturalisasi untuk Perkuat Timnas
- Gagal Lolos Kualifikasi, China Diisukan Lirik Shin Tae-yong
- FIFA Jatuhi Sanksi ke PSSI, 15 Persen Kursi Stadion Dikosongkan saat Timnas Lawan China