Petani di Lubuklinggau Terpaksa Panen Dini Akibat Angin Kencang

Petani padi di Kelurahan Taba Jemekeh, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, terpaksa melakukan panen lebih cepat akibat angin kencang/Foto:Ansyori Malik
Petani padi di Kelurahan Taba Jemekeh, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, terpaksa melakukan panen lebih cepat akibat angin kencang/Foto:Ansyori Malik

Petani padi di Kelurahan Taba Jemekeh, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, terpaksa melakukan panen lebih cepat akibat angin kencang yang merobohkan tanaman padi di sawah mereka. 


Cuaca yang tidak menentu memaksa para petani untuk mengambil keputusan ini demi menghindari kerugian lebih besar.

Duhanan, seorang petani di Jalan Sejahtera, RT 02, Kelurahan Taba Jemekeh, mengaku terpaksa mempercepat panen untuk mencegah padi membusuk setelah roboh. Seharusnya, padi di sawahnya baru akan dipanen dalam waktu seminggu ke depan.

"Hari ini saya panen lebih awal. Usia padi sudah 4 bulan, tapi karena roboh, saya harus segera memanennya. Jika dibiarkan, gabahnya bisa tumbuh karena terkena air," ujar Duhanan pada Selasa, 18 Februari 2025.

Ia menambahkan bahwa faktor cuaca menjadi alasan utama percepatan panen. "Seharusnya belum waktunya panen, tapi karena sudah roboh dan cuaca tidak menentu, saya tidak punya pilihan lain," tambahnya.

Sawah milik Duhanan memiliki luas sekitar 1,4 hektar, dengan perkiraan hasil panen mencapai 1,5 ton. Hasil ini serupa dengan panen tahun sebelumnya. Padi yang dipanen rencananya akan dijual dengan harga berkisar antara Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram.

Namun, selain cuaca ekstrem, tantangan lain yang dihadapi petani tahun ini adalah serangan hama burung. "Tahun ini hama burung sangat mengganggu, jadi panen harus diawasi agar tidak ada padi yang hilang," tutupnya.