Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan mengalami pelemahan. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya risiko stagflasi, ketidakpastian pasar keuangan global, tekanan inflasi, dan situasi geopolitik.
- KCJB Resmi Beroperasi, Luhut Optimis Genjot Pertumbuhan Ekonomi Daerah
- Pemerintah Diingatkan Tak Terlena Pujian IMF Soal Ekonomi Tumbuh di Atas 5 Persen
- Ekspor Naik 5,44 Persen, Zulhas: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terbaik di Dunia
Baca Juga
“Lingkungan global kita akan menjadi melemah, sementara tekanan inflasi justru meningkat,” katanya dikutip dari keterangan pers, Senin (8/8).
Menkeu menjelaskan IMF menurunkan proyeksi ekonomi global dari 3,6 persen ke 3,2 persen untuk tahun 2022 dan tahun 2023 akan lebih lemah lagi dari 3,6 persen ke 2,9 persen. Sementara, IMF juga memprediksi inflasi negara maju tahun 2022 akan naik hingga 6,6 persen dan negara-negara berkembang akan berada pada level 9,5 persen.
“Dengan adanya kenaikan inflasi yang sangat tinggi di negara maju, terjadi reaksi dari sisi kebijakan moneter dan likuiditas yang diperketat. Ini memacu apa yang disebut capital outflow dan volatilitas di sektor keuangan. Inilah yang harus kita terus kelola di dalam negeri,” kata Menkeu.
Menkeu menilai kondisi tersebut menjadi suatu persoalan harus diatasi bersama dengan kombinasi dari kebijakan fiskal, moneter, maupun kebijakan struktural.
“Kami bersama Gubernur Bank Indonesia akan terus meramu kebijakan fiskal dan moneter secara fleksibel, namun juga pada saat yang sama efektif dan kredibel,” pungkasnya.
- Perang Tarif AS Momentum Kebangkitan Kemandirian Ekonomi
- Hadapi Tantangan Ekonomi Global, Dasco Ajak Rakyat Dukung Program yang Dirintis Prabowo
- Indef Prediksi Kabinet Mendatang Bingung Hadapi Ekonomi Global