Persis-Rans Prioritas, Sriwijaya FC Bisa Dilibas

Skuad Sriwijaya FC dalam sesi latihan/ist
Skuad Sriwijaya FC dalam sesi latihan/ist

Tergabung di grup neraka dalam lanjutan babak delapan besar Liga 2 Indonesia, membuat Sriwijaya FC harus berjuang sekuat tenaga. Bayangkan saja, Laskar Wong Kito harus berhadapan dengan tim macam Persis Solo yang dimiliki oleh Kaesang Pengarep, putra Presiden Joko Widodo.


Nama-nama beken seperti, Fabiano Beltrame, Yu Hyun Ko dan Beto Goncalves yang berlabel naturalisasi hingga Ferdinand Sinaga, Abduh Lestaluhu dan Marinus Wanewar yang sebelumnya tercatat sebagai penggawa skuad garuda alias timnas Indonesia, merupakan kekuatan Persis Solo. Menjadikan klub berjuluk Laskar Samber Nyawa itu sebagai klub Liga 2 dengan valuasi kontrak pemain terbesar saat ini dengan perkiraan mencapai Rp40 miliar.

Selain Persis, ada pula Rans Cilegon United, klub milik pesohor Raffi Ahmad yang juga punya materi pemain berkelas, plus topangan finansial tanpa batas. Tim itu kini dilatih oleh Rahmad Darmawan, yang tentu saja tidak mau melepaskan kesempatan untuk lolos ke liga teratas. 

Sayangnya, seperti menjadi rahasia umum, dua tim ini (Persis-Rans) sepertinya menjadi klub yang diprioritaskan untuk lolos ke Liga 1 musim depan. Di satu sisi, dengan komposisi manajemen dan finansial, kedua tim ini dianggap wajar untuk lolos. Namun di sisi lain, faktor dominan yang umumnya terjadi di Liga Indonesia adalah dukungan di dalam dan di luar lapangan. 

Apalagi sejak beberapa tahun terakhir, kondisi kompetisi sepakbola tanah air telah mengalami pasang surut. Dinamika mafia bola, politik dan kepentingan terlihat berada diatas sportivitas yang seharusnya membuat sepakbola menjadi tontonan yang berkelas. 

Satu-satunya tim di Grup X yang mungkin bisa diimbangi oleh Sriwijaya FC diatas kertas adalah Persiba Balikpapan. Tim berjuluk Beruang Madu itu punya materi pemain yang bisa dibilang sebelas-dua belas dengan skuat asuhan Nil Maizar. Namun, tak bisa ditepis jika Persiba punya sosok Gede Widiade, yang selama ini dikenal 'dekat' dengan PSSI. 

"Kalau berbicara peluang, tentu ini sangat sulit bagi Sriwijaya FC. Harus kita akui itu," kata Ketua Sriwijaya Mania (S-Man), Eddy Ismail, Sabtu (4/12). 

Meskipun sangat kecil, manajemen Sriwijaya FC menurutnya harus bisa memanfaatkan peluang itu untuk bisa mencapai target musim ini. "Asalkan manajemen dan tim pelatih komitmen untuk melakukan evaluasi," katanya. Sebab, sebagai suporter Eddy mengatakan pihaknya akan tetap mendukung Sriwijaya FC dengan maksimal. 

Salah satu yang mungkin bisa dilakukan oleh manajemen, lanjut Eddy adalah dengan mendatangkan amunisi baru jelang laga delapan besar. Ini harus dilakukan agar Laskar Wong Kito bisa bersaing dan menjaga asa. "Kalau hanya mengandalkan pemain yang itu-itu saja, tentu sulit untuk bersaing. Kita bisa dilibas," kata dia.

Dari sisi permainan, menurutnya harus ada penyeimbang di lini tengah, penyerang haus gol di lini depan dan bek tangguh di lini belakang. Sehingga ada pembaruan yang berdampak menambah kekuatan tim. "Seperti Osas Saha atau OK Jhon yang merupakan pemain naturalisasi. Atau beberapa pemain dari Liga 1 saat ini sudah tidak terikat kontrak dan kualitasnya masih bisa bersaing. Saya rasa itu bisa jadi pertimbangan," tambahnya. 

Di sisi lain, pelatih Sriwijaya FC Nil Maizar masih terus mematangkan kondisi fisik anak asuhnya setelah dipastikan lolos dari babak penyisihan dengan status sebagai juara grup. Nil juga mengaku tengah melakukan pembenahan sebelum babak delapan besar bergulir. 

Enggan merinci secara pasti, Nil tidak mau berharap pada keajaiban dengan mengandalkan hitung-hitungan poin. Justru yang akan dilakukannya adalah berupaya semaksimal mungkin meraih kemenangan dengan kondisi dan pemain yang ada saat ini. "Pembenahan itu pasti. Kami sudah tahu kekuatan tim lawan dan formasi terbaiknya namun fokus kami adalah kemenangan di tiga laga nanti," tandasnya.