Pemerintah Acuh, Warga Semendo Patungan Dana dan Gotong Royong Bangun Jembatan 

Warga semendo patungan dana dan gotong royong membangun jembatan yang putus/ist
Warga semendo patungan dana dan gotong royong membangun jembatan yang putus/ist

Masyarakat desa Segamit, Kecamatan Semendo Darat Ulu terus berjuang membangun dua jembatan yang putus tahun lalu dengan menggunakan dana swadaya masyarakat.


Diketahui dua jembatan tersebut adalah jembatan Air Perikan dan jembatan Air Endikat, keduanya amblas terbawa arus sungai pada tahun 2021 lalu.

Desa di ujung Semendo Raya ini, tersohor dengan hasil perkebunan dan pertaniannya, salah satu yang paling masyhur adalah Kopi Semendo yang ditanam di kaki bukit barisan.

Kedua jembatan tersebut merupakan akses utama menuju ke areal perkebunan dan pertanian warga, lebih jauh jembatan tersebut merupakan akses penting bagi aktivitas warga sehari-hari termasuk pendidikan dan perniagaan.

Mirisnya, hingga tahap pembangunan berlangsung belum ada uluran tangan dari pemerintah dalam mendukung program pembangunan tersebut.

Semenjak kedua jembatan tersebut putus, berbagai aktivitas warga menjadi terhambat dan waktu tempuh yang menguras waktu cukup lama. 

Ketua pembangunan jembatan Air Perikan, Surman mengatakan sejauh ini progres pembangunan sudah mencapai 60 persem, semua berkat jerih payah dan kerja keras masyarakat.

Dalam pembangunan jembatan ini, ada banyak masyarakat yang dilibatkan bukan hanya desa Segamit, melainkan dari desa-desa lainnya seperti Pajar Bulan, Aremantai dan Siring Agung.

"Semua turun tangan dalam mewujudkan jembatan air Perikan ini, saat ini pembangunan baru jembatan air Perikan dan untuk Air Endikat sendiri kepanitiaan belum terbentuk, karena untuk melaksanakan pembangunan di Air Endikat harus menyelesaikan dulu pembangunan jembatan Air Perikan untuk mobilisasi alat berat ke sana," terang Surman kepada kantor berita RMOLSumsel, Sabtu (4/6).

Surman menegaskan, langkah yang diambil oleh masyarakat untuk membangun jembatan tersebut secara swadaya dikarenakan masyarakat sudah jenuh menunggu jawaban dan tanggapan pemerintah terkait permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Sudah hampir satu tahun, kata Surman, jembatan tersebut putus dan tidak dapat dilalui, namun berkali-kali masyarakat hanya makan janji, ada kepercayaan yang terkikis pada hati masyarakat Semendo dan desa Segamit khususnya terhadap pemerintah kabupaten Muara Enim.

"Sementara dari dana yang terkumpul hasil swadaya masyarakat dan dari beberapa donatur yang enggan disebutkan namanya, hari ini pembelanjaan untuk pembangunan sudah menyentuh angka Rp170 juta rupiah," ungkap Surman. 

Melihat sikap pemerintah yang acuh, masyarakat akan menjadi apatis dan tidak ingin lagi berkontribusi untuk kemajuan daerah. Jangan sampai hal itu terjadi, dirinya berharap ada solusi yang dapat dihadirkan oleh pemerintah ditengah-tengah permasalahan yang sedang dihadapi warganya," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu warga desa lainnya, M Romi Arasyid membenarkan upaya pembangunan kedua jembatan tersebut, melalui dana swadaya dan melibatkan masyarakat desa lainnya, karena dalam hal ini kedua jembatan tersebut merupakan akses penting bagi banyak desa.

Dirinya mendengar banyak kabar, bahwa bupati sedang begitu aktif melakukan berbagai kunjungan ke banyak desa di Muara Enim, salah satu yang terbaru adalah kunjungan ke Desa Dalam kecamatan Belimbing mengenai jalan amblas dan pembangunan jembatan di Kecamatan Ujan Mas.

"Lantas bagaimana nasib kami di Semendo, jembatan yang sudah putus ini akan dibiarkan saja, jujur saja kami masyarakat sudah tidak butuh lagi kunjungan, tapi tindakan nyata dan bantuan," tegasnya.

Pemerintah seolah tutup mata atas kejadian ini, kata Romi, sudah berkali-kali Dewan datang dan masyarakat menyuarakan aspirasi, namun sampai kedua jembatan tersebut perlahan dibangun pemerintah terkesan acuh.