Launching Bukit Seguntang Ulu Melayu, Mengembalikan Identitas Palembang Titik Awal Peradaban Melayu

Gubernur Sumsel Herman Deru menerima potongan tumpeng dari Fir Azwar pada peluncuran lagunya Bukit Seguntang Ulu Melayu, Selasa (9/11). (Humas Provinsi Sumsel/rmolsumsel.id)
Gubernur Sumsel Herman Deru menerima potongan tumpeng dari Fir Azwar pada peluncuran lagunya Bukit Seguntang Ulu Melayu, Selasa (9/11). (Humas Provinsi Sumsel/rmolsumsel.id)

Seniman Fir Azwar meluncurkan lagu dan video klip karyanya “Bukit Seguntang Ulu Melayu”. Karya ini bukan sekedar karya seni namun juga upaya untuk menjaga kebudayaan Melayu.


Fir Azwar mengatakan, dirinya menciptakan lagu ini, terinspirasi dari sejarah yang menceritakan bahwa peradaban Melayu itu bermula dari Kota Palembang di mana pusatnya yakni dari Bukit  Seguntang melalui seorang tokoh yang bernama Sang Nila Utama.

“Sang Nila Utama inilah yang menemukan pulau Temasek, yang mengubah pulau Temasek menjadi Singapura dan membangun Malaka menjadi kerajaan besar yang menurunkan raja-raja di nusantara,” ujarnya pada peluncuran lagu dan video klip Bukit Seguntang Ulu Melayu di halaman Taman Bukit Seguntang, Palembang, Selasa (9/11).

Fir Azwar merasa miris dengan kondisi saat ini di mana di Singapura, di Malaysia, sosok Sang Nila Utama ini disanjung-sanjung. Tapi di Kota Palembang tempat kelahirannya, Sang Nila Utama atau bergelar Parameswara ini tidak banyak diketahui sejarahnya.

“Jadi, lagu ini terinsprirasi dari itu. Saya ingin memberikan sejarah, edukasi kebudayaan kepada masyarakat di Sumsel,” katanya.

Fir Azwar mengaku proses penciptaan lagu ini hanya dua hari. Namun proses hingga launching hari ini membutuhkan waktu kurang lebih enam bulan untuk menyelesaikan proses take vocal dan pembuatan video klip.

Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama RM Fauwaz Diradja mengapresiasi peluncuran lagu Bukit Seguntang Ulu Melayu.

“Tadi bagus sekali. Ini inisiatif dari wong kito kak Fir Azwar yang menciptakan lagu dan video klip Bukit Seguntang Ulu Melayu. Karena memang Melayu ini merupakan identitas daripada wong kito, Sumatera Selatan,” ucapnya.

Dengan peluncuran lagu ini diharapkan identitas Bukit Seguntang sebagai awal mula Melayu kembali menguat. Sehingga efek bagi orang Melayu dari segala penjuru akan datang ke Bukit Seguntang  untuk melihat bahwa inilah jati diri mereka sebelumnya.

“Karena itu ke depan sebaiknya dipersiapkan ornamen-ornamen Melayu dan juga kemelayuan di Sumatera Selatan. Sehingga tidak mengecewakan turis-turis ataupun orang yang berziarah ke Bukit Seguntang,” tuturnya.

Gubernur Sumsel, Herman Deru meminta agar Sumsel terus memperkokoh identitasnya sebagai Ulu Melayu atau titik awal Melayu bermula sebelum menyebar ke seluruh Sumatera, Kalimantan, hingga Semenanjung Malaysia.

Deru yang juga Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Indonesia mengungkapkan bahwa sejarah melayu yang bermula dari Palembang tepatnya di Bukit Seguntang mestinya menjadi kebanggaan masyarakat dan zuriah yang perlu terus dipertahankan.

“Makanya saya apresiasi sekali pada semua pihak yang menggagas acara peluncuran lagu dan klip ini. Kita perlu ingatkan ke zuriah bahwa kitalah asal muasal Melayu sebelum Riau, Malaysia, Singapura dan lainnya,” jelas Deru.

Upaya untuk mempertahankan budaya Melayu ini, lanjut Deru, tidak dengan implementasi penggunaan pakaian adat saja namun juga perlu dukungan kebijakan dari Pemerintah. Untuk itu dirinya berkomitmen mendorong kegiatan serupa di seluruh kabupaten/kota di Sumsel.

“Salah satu contohnya di Pemprov sekarang sudah lahir Perda kearifan lokal. Perlahan kita kuatkan budaya Melayu ini dari ornamen tanjak di kantor-kantor dengan nuansa songket. Supaya anak cucu paham bahwa Sumsel ini punya peradaban yang luar biasa,” tukas Deru.

Ketua Panitia Acara, Vebri Alintani mengatakan, peluncuran lagu dan klip ini sebagai upaya mengingatkan kembali kepada masyarakat luas bahwa Bukit Seguntang Palembang merupakan asal usul raja-raja Melayu.

Melalui lagu ini juga diharapkan keturunan Melayu di semenanjung Malaysia juga Singapura tertarik ke Palembang untuk melihat asal muasalnya.

“Dengan lagu ini kita ingin menegaskan bahwa Ulu Melayu ini memang di Palembang, Sumsel. Hal ini merujuk pada sejarah yang sudah membuktikan dan temuan arca, stupa dan lainnya di lokasi Bukit Seguntang,” jelas Febri.