Laba Saudi Aramco Anjlok 5 Persen di Kuartal I-2025, Imbas Lesunya Harga Minyak Dunia

Aramco/Net
Aramco/Net

Raksasa energi dunia, Saudi Aramco, kembali mencatat penurunan kinerja di tengah perlambatan pasar global. 


Dalam laporan keuangan kuartal I-2025, perusahaan minyak milik negara Arab Saudi itu membukukan laba bersih sebesar 26 miliar Dolar AS atau sekitar Rp429,53 triliun.

Angka tersebut merosot 5 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ketika Aramco mengantongi laba 27,3 miliar Dolar AS atau setara Rp451 triliun.

Mengutip CNBC International, Senin 12 Mei 2025, arus kas perusahaan pada tiga bulan pertama tahun ini tercatat 19,2 miliar Dolar AS, anjlok dari 22,8 miliar Dolar AS pada kuartal I-2024. Sementara itu, arus kas dari aktivitas operasional juga melemah menjadi 31,7 miliar Dolar AS, turun dibandingkan dengan 33,6 miliar Dolar AS tahun sebelumnya.

Pelemahan tersebut mengindikasikan tekanan yang terus membebani neraca keuangan Aramco, di tengah harga minyak mentah yang tak kunjung pulih serta permintaan global yang stagnan akibat tekanan ekonomi dan ketidakpastian perdagangan.

Pada Maret lalu, Aramco mengumumkan pemangkasan besar-besaran atas pembayaran dividen berbasis kinerja untuk kuartal IV-2024, dari sebelumnya 10,2 miliar Dolar AS menjadi hanya 200 juta Dolar AS.

Sementara itu, dividen dasar kuartal I-2025 - yang tidak mencakup komponen berbasis kinerja - naik tipis 4,2 persen secara tahunan menjadi 21,1 miliar Dolar AS. Namun secara keseluruhan, total dividen tetap mencatat penurunan, dari 31 miliar Dolar ASpada periode yang sama tahun lalu menjadi 21,36 miliar Dolar AS.

“Dinamika perdagangan global memengaruhi pasar energi sepanjang kuartal pertama 2025, dengan ketidakpastian ekonomi global menekan harga minyak,” kata CEO Aramco, Amin Nasser, dalam keterangan resminya.

Kondisi ini makin diperparah oleh kebijakan terbaru OPEC+. Pada awal Mei, aliansi produsen minyak itu kembali mengurangi target produksi untuk Juni 2025 sebesar 411.000 barel per hari, melanjutkan tren pemangkasan sejak awal tahun lalu yang mencapai total 2,2 juta barel per hari.

Sejumlah bank dan lembaga energi dunia juga mulai memangkas proyeksi harga minyak tahun ini. Badan Informasi Energi AS (EIA) memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent akan berada di kisaran 65,85 Dolar AS per barel.

Morgan Stanley lebih pesimis, dengan menurunkan proyeksi harga menjadi 62,50 Dolar AS per barel untuk paruh kedua 2025 - lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Goldman Sachs bahkan memperkirakan rata-rata harga minyak mentah Brent akan menyentuh 60 Dolar AS per barel hingga akhir 2025, dan turun menjadi 56 Dolar AS per barel pada 2026.