Kronologis Hilangnya Warga Muba di Sumur Minyak Ilegal Muara Enim

Proses pencarian Mas'ud di sumur minyak ilegal yang berada di Desa Darmo Kecamatan Lawang Kidul Muara Enim. (noviansyah/rmolsumsel.id)
Proses pencarian Mas'ud di sumur minyak ilegal yang berada di Desa Darmo Kecamatan Lawang Kidul Muara Enim. (noviansyah/rmolsumsel.id)

Aparat kepolisian bersama tim SAR PT Bukit Asam, Minggu (12/6), masih melakukan proses evakuasi terhadap jasad Mas’ud (37). Warga Desa Sungai Dua Kecamatan Sungai Keruh Musi Banyuasin yang tewas di sumur minyak ilegal Desa Darmo Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim.


Mas’ud sendiri sudah menghilang sejak 21 Mei lalu. Korban dilaporkan mengalami sakit dan kritis ketika sedang berada dalam sumur galian yang memiliki panjang sekitar 1,5 meter, lebar satu meter dan kedalaman sekitar lima meter tersebut. Diduga, korban keracunan gas metan yang dihasilkan dari dalam sumur minyak illegal itu.

Kabar tewasnya Mas’ud pertama kali diterima oleh istri korban. Saat itu, istri korban mendapat kabar jika Mas’ud mengalami sakit. Setelah mendapat kabar tersebut, keluarga besar korban ditemani tetangga langsung menuju lokasi kejadian. Tetapi, mereka tidak bertemu dengan siapapun. Termasuk rekan kerja korban yang memberi kabar jika korban menderita sakit.

"Setelah itu kami pulang untuk berdiskusi, barulah di tanggal 23 Mei kami melanjutkan pencarian hinggal 05 Juni, pencarian tersebut saya sendiri yang memimpinnya," ujar Hasrul Efendi (35), salah seorang keluarga yang berhasil dibincangi.

Lalu, pencarian kembali dilanjutkan pada Minggu 6 Juni 2022. Mereka kembali lagi menuju lokasi sumur minyak dan berinisiatif untuk mengeringkan sumur dengan cara manual. Yakni menimba menggunakan ember. Setelah kering, lanjut Hasrul, pihaknya mulai menusuk-nusukkan kayu ke dasar sumur.  

“Sekitar pukul 13:00 WIB, kami menemukan potongan kain dan daging kecil dibarengi dengan bau busuk yang menyengat,” bebernya.

Mendapati temuan itu, mereka lalu menghubungi kepala desa (Kades) Darmo untuk dilaporkan ke pihak Polsek Lawang Kidul Tanjung Enim. Aparat yang tiba ke lokasi kemudian melakukan penyidikan. Proses evakuasi jenazah dibantu oleh tim SAR PTBA.

Keesokan hari, ungkap Hasrul, pihaknya berusaha melakukan evakuasi bersama tim Polsek Lawang Kidul dan SAR PTBA, namun pihaknya belum bisa mengevakuasi yang diduga jenazah  karena di dalam sumur galian tersebut banyak mengandung gas metan dan minyak mentah. Sehingga, harus meminta bantuan dari Tim SAR Pertamina Prabumulih.

"Kami berharap agar segera mendapat kepastian atas surat tersebut, dan bagaimana tindaklanjut upaya evakuasi hal yang diduga merupakan jenazah keluarga kami, kami mengharap bantuan dari semua pihak agar keluarga kami segera ditemukan," harapnya.

Terpisah, Kapolres Muara Enim AKBP Aris Rusdiyanto melalui Kapolsek Lawang Kidul IPTU Yogie Sugama Hasyim melalui Kanitreskrim Polsek Lawang Kidul Aiptu Guntur mengatakan, di lokasi kejadian ada dua sumur yang letaknya berdekatan. Sumur pertama merupakan peninggalan zaman Belanda. Sementara sumur lainnya yang sedang digali korban dan kelompoknya.

"Kami bersama tim Inafis Polres Muara Enim, tim resque SAR PTBA, telah melakukan olah TKP dan memasang police line, sebelum mengambil tindakan, kami meminta tim SAR PTBA untuk mendeteksi terdahulu apakah di dalam sumur tersebut mengandung gas berbahaya atau tidak," bebernya kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Sabtu (11/6).

Sumur tersebut, sambung Guntur, memiliki kandungan gas bertekanan tinggi. Walaupun kedalamannya tidak begitu panjang. Hal ini diketahui saat dilakukan pengukuran menggunakan alat detektor gas milik tim SAR PTBA.

Dikatakan Guntur, hasil deteksi tersebut membuat pihaknya berkesimpulan bahwa tim tidak dapat turun ke dasar sumur tersebut. “Kami juga belum melihat secara kasat mata tanda-tanda yang diduga korban,” terangnya.