Jadi Sumber Inflasi, Ini Penyebab Harga Cabai di Sumsel Tinggi

Petani cabai di Sumsel. (dok/rmolsumsel.id)
Petani cabai di Sumsel. (dok/rmolsumsel.id)

Harga cabai di Sumsel mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Di sejumlah pasar tradisional di Palembang, harga cabai rawit dan cabai merah keriting rata-rata mencapai Rp100-130 ribu per kilogram.


Gejolak harga cabai tersebut berdampak terhadap angka inflasi Sumsel yang mengalami kenaikan di Juni 2022 menjadi 0,89 persen.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel, Ruzuan Effendi menerangkan, gejolak harga cabai disebabkan oleh sejumlah faktor. Mulai dari perubahan musim yang tak menentu sehingga berdampak terhadap produksi. Jadwal panen di setiap daerah yang berbeda-beda hingga kegagalan panen petani cabai di sentral produksi.

“Hal-hal inilah yang membuat pasokan cabai ke pasar menjadi terganggu,” ujar Ruzuan saat dibincangi, Jumat (1/7).

Ruzuan mengatakan, kebutuhan masyarakat yang mengalami peningkatan jelang hari raya besar keagamaan turut mempengaruhi fluktuasi harga di pasar. “Permintaan meningkat sementara stoknya tetap. Ini juga bisa membuat lonjakan harga,” ungkapnya.

Dijelaskan, saat ini Pemprov Sumsel tengah memperluas lahan produksi cabai. Melalui Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP). Dari 81 ribu rumah tangga sasaran, saat ini baru tercapai sekitar 5 ribu rumah tangga yang aktif mengikuti gerakan ini.

“Untuk membuat sentral produksi, mungkin terbatas dengan lahan. Namun, jika GSMP ini dimaksimalkan, tentunya masyarakat tidak akan sulit mendapatkan cabai. Sehingga, kita tidak lagi ketergantungan dengan pasar,” ucapnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data sensus pertanian 2020, produksi cabai merah di Sumsel mencapai 2.667,33 ton dengan produksi penghasil terbesar di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang produksinya mencapai 965,13 ton.