Semakin mendekati pendaftaran di kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumsel, dinamika politik makin menarik. Salah satunya isu yang berhembus kontestasi tersebut bakal di ikuti satu pasangan calon saja alias lawan kotak kosong
- Penundaan Pelantikan Kepala Daerah Dinilai Sudah Tepat, Diprediksi Bisa Mundur hingga Maret
- Krisis Partisipasi Pilkada di Sumsel 2024, Palembang Paling Rendah: Legitimasi Kepala Daerah Dipertaruhkan
- Elektabilitas Survei Tinggi, Herman Deru Keok di Debat Perdana
Baca Juga
Isu itu mencuat pasca pernyataan dari Panglima Pemenangan Tim HDCU Kota Palembang, Muhammad Asrul Indawan beberapa waktu lalu. Bahkan dia mengklaim pasangan Herman Deru- Cik Ujang (HDCU) menurut survei sulit terkejar dan kemenangannya dirasa tak terbendung.
Keuntungan dari hasil survei tersebut membuat partai-partai terutama partai-partai yang mandapatkan kursi di DPRD Sumsel membuat ingin mendukung.
"Hampir rata-rata partai sehingga kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja hanya ada satu pasang calon nanti yang akan bertarung di Pilgub Sumsel 2024," katanya.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik dari Forum Demokrasi Sumsel (ForDes) Bagindo Togar menilai isu kotak kosong tersebut sebuah halusinasi dan ambisi dari bakal calon yang akan bertarung.
"Sangat tidak logis dan cenderung uthopis, Pilgub nanti hanya calon tunggal, jelas ini adalah isu yang sengaja dihembuskan alias framing murahan dari salah satu bakal calon yang tengah berhalusinasi plus hasrat syahwat politiknya lagi tinggi," katanya dihubungi RMOL Sumsel, Jum'at (28/6).
Bagindo menilai dalam konteks Pilgub Sumsel 2024, isu ini lebih kepada strategi politik dari calon untuk mencuri perhatian juga simpati publik.
Namun dalam konteks isu kotak kosong yang muncul justru merefleksikan begitu besar ambisi dari syahwat politik hingga akhirnya mengalahkan akal sehat.
"Karena ambisius dari syahwat politik yang ingin berkuasa tadi munculah halusinasi dengan isu kotak kosong. Inilah, maka syahwat politik menggilas akal sehat," jelasnya.
Kendati demikian, mantan Ketua IKA FISIP Unsri ini tak menampik jika dalam beberapa kondisi tertentu, kontestasi Pilkada bisa memunculkan calon tunggal.
Hal itu didasari karena ketokohan dan kinerja kandidat calon yang memang sangat berprestasi dan kebijakannya dirasakan masyarakat. "Sekarang prestasi, legacy dan kinerja dari kandidat yang over pede ini apa? hingga akhirnya harus melawan kotak kosong?," tanya Bagindo.
Selain itu, dampak negatif dari calon tunggal di Pilgub Sumsel nanti terjadi penurunan partisipasi pemilih yang membuat masyarakat menjadi pesimis. "Pilgub yang menarik akan meningkatkan tingkat partisipasi politik yang menarik. Partisipasi politik yang tinggi itu adalah syarat utama yang dikatakan Pemilu itu sukses serta legitimasi Paslon Gubernur terpilih," tegasnya.
Bagindo mengingatkan dalam konteks politik atau kompetisi apapun, seharusnya para kandidat fokus pada konsolidasi berikutn penajaman beragam program yang dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
Hal ini penting untuk membangun kepercayaan dan mendapatkan dukungan yang substansial dari pemilih, bukan sekadar bergantung pada kesan maupun branding personal.
"Fokuslah pada substansi program yang akan membantu menciptakan kompetisi yang sehat dan bermartabat. Pertarungan elegan itu ada didalam gelanggang bukan diluar, Artinya ekspektasi kita sangat berharap Pilgub nanti rasa Pilpres bukan rasa Pilkades," pungkasnya.
- Gubernur Sumsel Tegaskan Larangan Penggunaan Mobil Dinas untuk Mudik Lebaran
- Gubernur Herman Deru Salurkan Ratusan Bingkisan untuk Ojol di Palembang
- Berkah Ramadan 1446 H, Gubernur Herman Deru Santuni Anak Panti Asuhan dan Kaum Dhuafa