IRT di Pamulang Meninggal Dunia Setelah Antre Gas Elpiji 3 Kg Berjam-Jam

ilustrasi/ist
ilustrasi/ist

Seorang ibu rumah tangga sekaligus pedagang nasi uduk di Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Yonik (68) meninggal dunia diduga akibat kelelahan setelah berjam-jam mengantre gas elpiji 3 kg pada Senin (3/2).


Menurut unggahan di akun Instagram @viralciiledug, Yonik telah berkeliling mencari gas sejak pagi. Setelah mendapatkan informasi tentang ketersediaan gas di salah satu agen berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya, ia mengantre sambil membawa dua tabung gas.

"Dia nyari gas muter dari pagi ga dapat, dia antri di agen berjam-jam," bunyi keterangan unggahan akun instagram tersebut. 

Dari informasi yang dihimpun, kerabat korban, Dedi, menjelaskan bahwa Yonik tidak menunjukkan gejala sakit sebelumnya. 

"Pagi itu dia masih berjualan nasi uduk, ngobrol dengan saya soal gas, terus bilang infonya ada gas akan turun. Akhirnya dia pergi antre," ujar Dedi di rumah duka.

Namun, sekitar pukul 11.30 WIB, Dedi mendengar kabar bahwa Yonik terlihat kelelahan saat berjalan pulang membawa tabung gas. 

"Dia terlihat kecapean, sempat duduk di rumah, lalu tiba-tiba tidak sadarkan diri. Keluarga sempat membawanya ke rumah sakit, tapi ternyata sudah meninggal dunia," lanjutnya.

Tetangga korban, Ramadhan, turut membenarkan kejadian tersebut. "Almarhumah terlihat duduk kelelahan di rumah setelah mencari gas, tapi tidak lama kemudian beliau tidak sadarkan diri. Sempat dibawa ke rumah sakit, namun dokter menyatakan sudah meninggal," ungkapnya.

Sebelumnya pemerintah melalui Kementerian ESDM menetapkan mulai 1 Februari 2025, pembelian LPG 3 kg hanya dapat dilakukan di pangkalan resmi Pertamina, bukan lagi di pengecer. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, merasa sedih rakyat harus menjadi korban dari kebijakan yang dinilainya masih belum matang namun tetap dijalankan. 

"Sedih harus begitu. Mestinya kebijakan yang semacam ini butuh kajian mendalam hingga tak terjadi antrean panjang sekedar beli gas 3 kg. Jelas rakyat dirugikan. Jangan sepelekan rakyat di bawah," kata Adi kepada RMOL, Selasa, 4 Februari 2025. 

Menurut pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, pihak yang mengeluarkan kebijakan tersebut harus bertanggung jawab kepada rakyat. Termasuk insiden tewasnya warga Pamulang yang diduga kelelahan akibat mengantre untuk membeli LPG 3 kg. 

"Yang bikin kebijakan (harus tanggung jawab). Perlu ditelusuri siapa yang bikin kebijakan itu. Per hari ini belum ada pernyataan pihak terkait dari pemerintah dengan kematian ibu-ibu yang antre gas LPG 3 kg itu," pungkasnya.